Ngopi Sore
Kenapa Bangga Melihat Anak STM Duel dengan Polisi?
Ada perbedaan mencolok antara jalan para bapak bangsa dan anak-anak STM ini. Sukarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, melawan dengan cara terpelajar.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Semestinya ada.
Kecuali RUU KPK, bukanlah seluruh RUU yang diusulkan DPR RI telah diputuskan untuk ditunda pengesahannya dan akan dibahas kembali oleh anggota parlemen periode berikutnya?
Lalu kenapa aksi terus berjalan?
Apakah lantaran RUU KPK tetap digolkan?
Rasa-rasanya, kok, tidak.
Sebab di lapangan, para demonstran, para mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Tanah Air, mengusung aneka spanduk dan poster yang nota bene tak melulu menyinggung RUU KPK.
Kebanyakan justru menyasar RUU KUHP, khusus pada bagian yang berkait paut dengan seks dan seksualitas.
Argumentasinya sungguh aduhai: urusan seks, termasuk berhubungan intim dengan bukan pasangan sah (istri orang atau suami orang), dengan sesama jenis, dan hubungan tanpa pernikahan, merupakan ranah privat yang tak boleh dicampuri negara. Biarkan kuurus sendiri selangkanganku. Kurang lebih begitu.
Segelintir kecil mencuatkan isu agraria. Juga isu kebakaran hutan dan lahan.
Mendesak pemerintah menindak bandit-bandit yang tega menciptakan siklus jerebu.
Dan segelintir yang lebih kecil, walau sayup-sayup, menyuarakan isu khilafah --sembari menceracau, Yahudi laknatullah!
Saya tidak tahu persis kenapa penundaan tidak lantas menghentikan gelombang unjuk rasa.
Barangkali para mahasiswa memang punya pertimbangan sendiri.
Barangkali mereka menilai penundaan tidak cukup.
Presiden Jokowi mesti lebih tegas lagi. Jangan sekadar ditunda.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/stm2.jpg)