Sumut Terkini

Dilanda Kemarau Panjang, Warga Kecamatan Juhar Gelar Ritual Erlau-Lau, Berharap Hujan Turun

Informasi yang didapat, di sebagian besar wilayah Kabupaten Karo sudah mengalami kemarau hingga lebih dari empat bulan.

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
ISTIMEWA
TRADISI ERLAU-LAU - Masyarakat Desa Juhar Tarigan, Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo, menggelar tradisi Erlau-Lau, Sabtu (13/9/2025) kemarin. Tradisi yang sudah diwarisi oleh nenek moyang masyarakat Karo sejak jaman dahulu ini, digelar dengan harapan mendatangkan hujan di tengah musim kemarau berkepanjangan. 

TRIBUN-MEDAN.com, KARO- Dampak kemarau panjang yang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Karo, sudah cukup terasa oleh masyarakat.

Terlebih, bagi masyarakat yang mengandalkan dunia pertanian terpaksa harus gigit jari akibat lahan pertaniannya kekeringan karena kekurangan pasokan air. 

Informasi yang didapat, di sebagian besar wilayah Kabupaten Karo sudah mengalami kemarau hingga lebih dari empat bulan.

Dengan kondisi ini, tentunya masyarakat sudah sangat resah terutama petani yang juga mengandalkan curah hujan untuk menyirami lahan pertaniannya.

Melihat kondisi kemarau berkepanjangan ini, masyarakat Kecamatan Juhar menggelar tradisi yang bernama Erlau-Lau.

Sebagai informasi, tradisi ini merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat mendatangkan hujan. 

Salah satu desa di Kecamatan Juhar yang baru-baru ini menggelar tradisi Erlau-Lau, yakni di Desa Juhar Tarigan.

Berdasarkan keterangan Suheri Tarigan selaku Kepala Desa Juhar Tarigan, menceritakan melalui tradisi ini masyarakat berharap Tuhan memberikan Rahmat agar bisa segera menurunkan hujan agar kekeringan tak semakin berkepanjangan. 

"Ini budaya kita namanya Erlau-Lau, yang mana menurut tradisi dari nenek moyang kita sudah sejak lama tradisi ini kita laksanakan dengan harapan bisa mendatangkan hujan," ujar Suheri, Minggu (14/9/2025). 

Diungkapkan Suheri, tradisi turun temurun dari nenek moyang masyarakat Kabupaten Karo ini sudah sejak lama dijalani oleh masyarakat di saat kondisi kemarau panjang sudah melanda.

Terlebih, dengan kondisi kemarau ini sudah mendatangkan kerugian bagi para petani karena akibat kurangnya curah hujan membuat tanaman menjadi gagal panen. 

"Apalagi di desa kita ini sudah lebih dari empat bulan tidak datang hujan. Jadi pertanian masyarakat sudah terjadi gagal panen," katanya. 

Sehingga, melalui latar belakang tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat digelar lah tradisi Erlau-Lau untuk berharap bisa mendatangkan hujan.

Dikatakannya, budaya Erlau-Lau ini sejak jaman nenek moyang masyarakat Kabupaten Karo dilakukan di dalam beberapa tahapan. 

"Pertama itu dilakukan selama empat hari. Kalau dalam empat hari belum datang hujan, maka dilanjutkan menjadi tujuh hari, kalau belum juga datang hujan akan dilanjutkan selama 11 hari," ucapnya. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved