Pemerintah Bilang Stok Beras Melimpah, Kirim Bantuan 10 Ribu Ton ke Gaza, Masyarakat Bawah Menjerit

Pemerintah Bilang Stok Beras Melimpah, Kirim 10 Ribu Ton ke Gaza, Tapi Masyarakat Sendiri Menjerit karena Harganya Melonjak

TRIBUN-MEDAN.COM - Harga beras di pasar terus merangkak naik meski stok beras Perum Bulog melimpah. Per akhir Mei, cadangan beras Bulog disebutkan mencapai 3,7 juta ton, mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Namun, masyarakat bawah menjerit karena harga beras yang semakin mahal di tengah surplus tersebut.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: mengapa harga tetap tinggi saat pasokan aman?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2025, harga beras naik di 191 daerah, dengan beberapa daerah mencatat harga hingga Rp54.772 per kilogram, jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET).

Harga beras di zona 2 yang mencakup Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan, rata-rata harga beras mencapai Rp15.744 per kg, naik 1,25 persen dari bulan sebelumnya.

Terkait kondisi ini, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyebutkan cara untuk mengatasinya adalah pemerintah harus memperbaiki tata kelola pangan. Pemerintah harus menguatkan kebijakan berbasis fakta, bukan mengalihkan isu ke beras oplos. Lembaga penyimpan stok pangan pemerintah harus independen untuk mengelola in-out dengan baik. Fenomena harga beras yang melonjak di tengah surplus stok adalah bukti nyata perlunya perbaikan tata kelola pangan di Indonesia.

Baca juga: Gerakan Pangan Murah Polsek Barteng Disambut Antusias Warga Palas, 330 Kg Beras Ludes Terjual

Baca juga: Warga Dairi Menyambut Gerakan 6 Ton Beras Kapolres Otniel Siahaan dengan Sykur

Menjaga Stabilitas Harga Pangan di Tengah Fluktuasi Ekonomi

Dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan, Polri bersama Bulog menggelar operasi pasar murah yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) dari Bulog dijual dengan harga Rp 11 ribu per kg atau Rp 55 ribu per sak berisi 5 kg beras.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok dan menstabilkan harga di pasaran, memberikan dampak positif bagi masyarakat. Operasi pasar murah ini juga menyediakan bahan pokok lainnya seperti gula dan minyak goreng dengan harga yang kompetitif.

Namun, di beberapa daerah seperti Kota Pematangsiantar, harga beras medium masih bertahan di angka Rp 15.200 per kilogram, jauh di atas harga subsidi.

Kepala Bagian Ekonomi Setda Kota Pematangsiantar, Sari Dewi Rizkiyani Damanik, menyebut bahwa penurunan harga masih menunggu stabilitas pasar.

"Harga beras masih stuck di angka Rp 15.200 per kilogram. Belum turun. Ini berdasarkan survey harga oleh petugas dari Diskopdag tadi pagi di Pasar Dwikora (Parluasan) dan Pasar Horas," katanya.

Kondisi ini diperparah oleh penurunan jumlah penggilingan gabah harian di sejumlah gudang penggilingan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Pematangsiantar, Pardamean Manurung, menyebut bahwa pasokan gabah dari petani ke penggilingan berkurang, menyebabkan lonjakan harga beras.

Di Kota Medan, harga beras bahkan melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).