Berita Viral

5 Kejanggalan Ditemukan Arkeolog Harry Truman Simanjuntak terkait Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

5 kejanggalan proyek penulisan Ulang Sejarah Indonesia yang dimotori oleh Kementerian Kebudayaan di bawah Menteri Kebudayaan Fadly Zon.

Editor: Salomo Tarigan
tangkapan layar via kompas
HARRY TRUMAN: Arkeolog senior Prof Harry Truman Simanjuntak. 

TRIBUN-MEDAN.com- Arkeolog senior Prof Harry Truman Simanjuntak menyatakan keberatan atas proyek penulisan ulang sejarah Indonesia yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan.

 Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tersebut mengungkapkan terdapat lima kejanggalan dalam penulisan ulang sejarah yang bakal dituangkan dalam Buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI).

Kejanggalan ini pula yang membuatnya keluar dari Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia yang dimotori oleh Kementerian Kebudayaan di bawah Menteri Kebudayaan Fadly Zon.

Catat 5 Kejanggalan

Mulanya ia semangat turut ambil bagian dalam penulisan sejarah, lantaran bidang keprasejarahan ini membutuhkan pembaruan data yang bakal berimplikasi munculnya pandangan-pandangan baru.

"Tapi, diskusi dan diskusi berlanjut-berlanjut, begitu saya melihat banyak kejanggalan. Setidaknya saya mencatat ada lima kejanggalan," kata Truman, dalam diskusi daring, Rabu (18/6/2025).

Baca juga: DUDUK PERKARA Kader PDIP Datangi Bareskrim, Desak Jadikan Budi Arie Tersangka

Kejanggaalan Penulisan Sejarah Ulang

Truman menuturkan, kejanggalan pertama terlihat ketika penulisan sejarah ulang itu ditargetkan rampung pada Juni 2025, sedangkan rapat persiapan baru dimulai di sekitar akhir November.

Rapat konsepsi penyusunan buku sejarah itu pun baru terjadi pada Januari awal tahun ini.

Dirinya yang sudah berpengalaman menerbitkan buku menyatakan, penulisan biasanya membutuhkan waktu lima tahun.

Bahkan, dalam menyusun buku Indonesia Dalam Arus Sejarah (IDAS), tim membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun sejak disusun tahun 2002 hingga terbit tahun 2012.

"Sepuluh tahun paling tidak prosesnya hingga menghasilkan sebuah buku. Saya waktu itu menyatakan, kok bisa secepat itu? Saya bilang, apakah mungkin? Tapi, yang lain meyakinkan betul, oke karena ini bukan data baru, bukan mulai dari nol dan sebagainya. Oke, saya ikuti itu," beber Truman.

Kejanggalan kedua ada pada konsepsi penulisan buku.

Khawatir Keinginan Penguasa 

Konsepsi ini disusun oleh editor umum arahan penguasa.

Ia khawatir, konsepsi yang tidak dibuat langsung oleh para sejarawan ini membuat sejarah disesuaikan ulang sesuai keinginan penguasa, bukan murni atas fakta.

 "Janganlah menyusun konsepsi itu di bawah arahan penguasa. Ketika kita mau menyusun sebuah buku, apalagi ini buku kebangsaan, apalagi ini buku berseri, mestinya didahului oleh semacam seminar-seminar," ucap Truman.

"Kita undang semua ahli terkait dengan itu untuk apa? Untuk memperoleh masukan-masukan yang berharga untuk memantapkan konsepsi itu," imbuh dia.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved