Berita Viral
5 Kejanggalan Ditemukan Arkeolog Harry Truman Simanjuntak terkait Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
5 kejanggalan proyek penulisan Ulang Sejarah Indonesia yang dimotori oleh Kementerian Kebudayaan di bawah Menteri Kebudayaan Fadly Zon.
Sayangnya, kata Truman, tidak ada seminar dalam tim, yang ada hanya rapat sekitar dua hingga tiga kali dan merekrut beberapa pakar.
Kejanggalan selanjutnya adalah penyodoran outline jilid prasejarah.
Padahal, seharusnya, outline itu disusun oleh sejarawan.
"Jadi, tiba-tiba ketika mau membahas outline 10 jilid itu, ya kita sudah disodorkan outline itu. Itu sebuah keanehan. Mestinya yang menyusun outline itu orang-orang yang ahli di bidang itu. Bukan ahli lain. Itu sebabnya ketika kita membaca outline buku yang sekarang sedang dikerjakan para penulisnya, ini sebuah kemunduran," ungkap Truman.
Kemudian, lanjut dia, ada kekeliruan-kekeliruan dalam substansi maupun struktur atau alur pikir pemaparan, termasuk menyangkut kontennya.
Begitu pun ada pemaksaan mengubah terminologi "prasejarah" menjadi "sejarah awal".
Padahal, istilah itu sudah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu secara internasional hingga kini.
Oleh karena itu, istilah prasejarah semestinya tidak perlu lagi diperdebatkan.
Di Indonesia sendiri, penerbitan buku sejarah nasional selalu menggunakan kata "prasejarah" untuk jilid I.
Salah satunya pada tahun 1984 ketika diterbitkan buku sejarah nasional Indonesia.
Kemudian, ketika ia dimintai bantuan untuk ikut mengedit buku sejarah pada tahun 2012, tim juga menggunakan istilah zaman prasejarah atau periode prasejarah.
"Sekarang di 2025, mereka menggantikan menjadi sejarah awal Nusantara. Pertanyaan besarnya, apa yang terjadi sebetulnya dalam proses penyusunan ini hingga mengubah terminologi itu, itu pertanyaan besarnya. Waktu itu tidak ada jawaban yang jelas," ujar Truman.
Dikaitkan Narasi Politik
Sedangkan kejanggalan terakhir adalah yang berkaitan dengan narasi Indonesia-sentris, yang menurutnya cenderung glorifikatif dan objektif.
Ia mengingatkan, bidang keilmuan tidak bisa disamakan dengan narasi politik.
Keilmuan, kata dia, harus berbicara tentang objektivitas dan rasionalitas, bukan hanya mengangkat hal-hal yang ingin memperlihatkan Indonesia hebat lalu mengabaikan fakta sejarah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/HARRY-TRUMAN-Arkeolog-senior-Prof-Harry-Truman-Simanjuntak.jpg)