Delegasi Sumut Sambangi Tiongkok
Suara Senyap Islam di Xinjiang
Apakah Islam dapat berkembang di Tiongkok sebagaimana layaknya di Eropa atau negara lain? Bagaimana Islam di Xinjiang?
Di Institut ini terdapat lebih kurang 1000 mahasiswa jenjang sarjana dan vokasi yang belajar tentang Islam. Semua mahasiswanya adalah laki-laki. Kebanyakan mahasiswanya berasal dari kalangan etnis minoritas Muslim Uighur.
Baca juga: Muslim Tiongkok Cinta Kepada Negara Atas Dasar Agama
Baca juga: Mendialogkan Moderasi Beragama di Tiongkok
Seluruh mahasiswa yang kuliah di Xinjiang Islamic Institut diberikan beasiswa oleh pemerintah. Mereka diasuh lebih kurang 88 dosen dengan berbagai keahlian.
Mereka belajar tentang ajaran-ajaran dasar Islam Al-Qur’an dan Tafsir, Hadis, Sejarah Tiongkok, Sejarah Islam, FIkih Hanafi, Bahasa Mandarin dan juga Bahasa Arab.
Tidak kalah pentingnya mereka juga belajar keterampilan-keterampilan yang berkenaan dengan ritual-ritual Islam.
Lulusan dari Institut ini dipandang mampu untuk menjadi Imam di masjid-masjid yang ada di Xinjiang khususnya dan di Tiongkok pada umumnya.
Mereka juga mampu menyampaikan khutbah dan ceramah-ceramah agama dan tentu saja mahir dalam pengurusan fardhu kifayah.
Keberadaan Xinjiang Islamic Institut ini seakan mempertegas Islam di Xinjiang bukan saja diakui keberadaannya tetapi juga memiliki masa depan yang cerah.
Hadirnya kampus ini dengan dukungan penuh dari pemerintah dapat dijadikan bukti untuk menolak pemberitaan miring tentang Islam di Xinjiang oleh media Barat.
Bayangkan keberadaan 1000 mahasiswa yang sedang belajar Islam di Xinjiang, bukan hanya menunjukkan ulum al-Islamiyyah (ilmu-ilmu keislama) atau meminjam istilah AL-Ghazali, ‘Ulum al-Din (ilmu-ilmu agama) tetap hidup karena terus dipelajari, juga menjadi argument yang kuat, Islam di Xinjiang tidak akan pernah mati.
Kebutuhan atau pasokan-pasokan Imam dan Khatib akan senantiasa dapat dipenuhi. Bukan saja untuk Xinjiang tetapi juga untuk seluruh daratan Tiongkok.
Sebenarnya untuk melihat masa depan Islam di satu daerah, cukup hanya dengan memperhatikan apakah daerah itu memiliki madrasah atau perguruan tinggi Islam?
Jika madrasah atau pesantren bahkan PT tumbuh dengan subur, tidak diragukan lagi masa depan Islam akan cerah. Sebaliknya jika tidak, Islam lambat laun akan redup.
Tentu tidak dapat membandingkan Tiongkok dengan Indonesia dari sisi jumlah madrasah atau PT.
Sebagaimana dimaklumi, tidak ada negara di dunia ini yang memiliki madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam negeri -belum termasuk swasta- yang paling banyak selain Indonesia. Bahkan di Timur Tengah sendiri.
Agaknya inilah yang menyebabkan seorag cendikiawan Muslim kenamaan, Fazlur Rahman, pernah mengatakan, masa depan Islam itu akan berhembus dari Indonesia.
UINSU Medan
komunitas muslim Uighur di Xinjiang
Xinjiang
Muslim Hui Zhengzhou
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU)
| Penggunaan Kendaraan Listrik dalam Perspektif Kesehatan dan Lingkungan di Tiongkok |
|
|---|
| Muslimah Tiongkok Menginspirasi, Padukan Nilai-nilai Islam dengan Budaya Lokal |
|
|---|
| Muslim Tiongkok Cinta Kepada Negara Atas Dasar Agama |
|
|---|
| Beijing dan Dongsi: Simbol Pluralisme Agama di Negeri Tirai Bambu |
|
|---|
| Mobil, Museum, dan Mimpi Peradaban: Jejak Tiongkok Membangun Teknologi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Prof-Dr-Azhari-Akmal-Tarigan-di-Tiongkok.jpg)