Breaking News

Delegasi Sumut Sambangi Tiongkok

Suara Senyap Islam di Xinjiang

Apakah Islam dapat berkembang di Tiongkok sebagaimana layaknya di Eropa atau negara lain?  Bagaimana Islam di Xinjiang? 

Editor: iin sholihin
ISTIMEWA
FOTO BERSAMA - Ketua Komisi Penelitian MUI Kota Medan dan Wakil Rektor Bidang Akademik UINSU Medan Prof Dr Azhari Akmal Tarigan berfoto bersama Vice President Xinjiang Islamic Association dan Imam Urumqi Shaanxi Mosque Mr Bai Shengfu saat berkunjung ke Xinjiang, Tiongkok. 

Sebabnya karena madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam tumbuh dan berkembang dengan subur. 

Demikian juga dengan Xinjiang. Setidaknya keberadaan perguruan tinggi, madrasah di Xinjiang dan juga di Tiongkok pada umumnya akan mengkonfirmasi bahwa Islam tidak akan pernah redup apa lagi mati di Tiongkok. 

Dengan bahasa lainnya, sepanjang anak-anak Xinjiang terus belajar Islam dan mereka benar-benar cinta terhadap agamnya, maka Cahaya Islam tetap akan memancar. 

Syarat berikitya adalah, dukungan pemerintah yang selama ini sudah sangat baik, terus ditingkat. 

Tidak bisa dipungkiri, pandangan optimisme Islam Tiongkok ini hadir karena kebijakan pemerintah terhadap Islam yang memungkinkan dan memastikan Islam akan terus berkembang.

Di samping itu, optimisme Islam Xinjiang juga disebabkan dengan terbangunnya kehidupan multicultural yang selama ini berlangsung dengan damai. 

Merujuk kepada penjelasan Majelis Ulama Xinjiang, kehidupan muslim di Xinjiang dan relasinya dengan etnik dan agama lain berlangsung dalam suasana penuh toleransi dan harmonis. 

Sulit membayangkan bagaimana 56 suku di Xinjiang dapat hidup berdampingan. Tidak ada gangguang yang berarti. 

Tentu bukan hanya muslim saja, tetapi semua pemeluk agama juga difasilitasi oleh pemerintah. Bahkan menurut Ustaz Bai Shengfu, mereka dapat merayakan hari raya atau hari besar agama secara bersama-sama. 

Tidak kalah menariknya penjelasan yang diberikan oleh Mr. Abdushker Rahmatulla selaku Vice President Xinjiang Islamic Association yang sekaligus Imam Urumqi White Mosque, mengatakan bahwa Ia telah berusia 58 tahun dan selama ia hidup di Xinjiang tidak merasakan ada gangguan, penindasan terhadap umat Islam di Xinjiang.

 Justru umat Islam diberi keleluasaan untuk melaksanakan ajarannya. Bahkan untuk tempat pemakaman muslim saja itu tanahnya diberikan oleh pemerintah. 

Bahkan, umat Islam memilik perwakilan di DPR, dan wakil umat Islam inilah yang menjadi jembatan aspirasi umat Islam kepada pemerintah. 

Dimensi lain yang tidak dapat diabaikan adalah keberadaan masjid-masjid di Xinjiang. Kendatipun ada aturan-aturan tertentu, misalnya tentang jadwal shalat, buka tutup masjid, suara azan atau khutbah, pastinya umat Islam diberi keleluasaan untuk menjalankan ibadahnya secara berjama’ah di masjid. 

Masjid adalah tempat berkumpul umat Islam di Xinjiang khususnya pada shalat lima waktu dan secara spesifik pada waktu shalat Jum’at. 

Kondisi ini hemat penulis, menjadi bukti yang amat kuat, bahwa Islam akan terus tumbuh di Xinjiang. Dan tentu saja komunitas muslim akan tetap hadir dan menjadi pilar utama perkembangan Xinjiang sebagai bagian dari Tiongkok. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved