Delegasi Sumut Sambangi Tiongkok
Mobil, Museum, dan Mimpi Peradaban: Jejak Tiongkok Membangun Teknologi
Hampir seluruh merek mobil yang beredar di Tiongkok merupakan hasil karya bangsa mereka sendiri dari BYD hingga berbagai merek lainnya.
Oleh: Dr Abrar M Dawud Faza SFil MA
Wakil Rektor II UIN Sumatera Utara
PENGALAMAN menyaksikan perkembangan teknologi di Tiongkok memberikan pelajaran berharga bagi siapa pun yang menaruh perhatian pada kemajuan peradaban.
Salah satu hal yang paling mencolok adalah bagaimana bangsa tersebut memprioritaskan penggunaan produk-produk teknologi hasil ciptaan sendiri di lingkungan mereka terlebih dahulu.
Mobil-mobil yang dirancang oleh para ilmuwan dalam negeri tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga mendapatkan dukungan penuh dari negara, termasuk melalui subsidi harga untuk memperluas jangkauan kepemilikannya di masyarakat.
Model pengembangan semacam ini menunjukkan betapa pentingnya konsistensi antara inovasi dan implementasi. Produk teknologi tidak hanya selesai di laboratorium atau pabrik, melainkan harus benar-benar hadir di jalanan dan menjadi bagian dari kehidupan rakyat.
Hampir seluruh merek mobil yang beredar di Tiongkok merupakan hasil karya bangsa mereka sendiri dari BYD hingga berbagai merek lainnya.
Mobil-mobil asing tentu tetap ada, namun keberadaannya tidak mendominasi, menunjukkan kuatnya dukungan terhadap produk lokal.
Dalam sebuah kunjungan ke showroom otomotif yang juga berfungsi sebagai museum teknologi, tergambar jelas perjalanan panjang bangsa Tiongkok dalam membangun industri mobilnya.
Dari masa ke masa, diperlihatkan bagaimana prototipe kendaraan terus dikembangkan dengan desain yang rumit, bahkan sejak masa lampau. Bukti sejarah menunjukkan bahwa konsep kendaraan sudah mulai dirancang sejak ribuan tahun yang lalu—suatu hal yang mencerminkan visi jauh ke depan dan ketekunan peradaban.
Kemajuan teknologi yang ditampilkan tidak sekadar pada aspek bentuk fisik kendaraan, melainkan juga pada kecanggihan sistem dan sumber daya energinya.
Mobil-mobil listrik, misalnya, menjadi bukti nyata bahwa Tiongkok telah memilih jalur hemat energi dan ramah lingkungan sebagai prioritas nasional.
Di tengah gempuran krisis iklim global, pendekatan semacam ini menjadi relevan dan bahkan unggul dibandingkan banyak negara lain.
Tidak hanya berhenti pada teknologi, ada pula kisah heroik di balik kemajuan ini.
Seorang ilmuwan asal Tiongkok yang belajar di Amerika Serikat, setelah menguasai ilmu pengetahuan modern, memilih untuk kembali ke negerinya dengan risiko besar.
Ancaman terhadap hidupnya nyata, namun tekadnya untuk membangun bangsanya lebih besar. Dari perjuangannya itu, lahirlah tonggak penting dalam sejarah industri teknologi tinggi di Tiongkok.
Dukungan pemerintah terhadap sains dan teknologi begitu kuat, tetapi tidak berarti rakyat menjadi pasif. Justru sebaliknya, masyarakat bekerja keras, menjalankan peran aktif sebagai penggerak pembangunan.
Kemajuan yang diraih adalah hasil kolaborasi nyata antara negara dan rakyatnya. Visi kolektif untuk membangun kesejahteraan berbasis teknologi inilah yang menjadikan Tiongkok sebagai kekuatan baru dalam peta industri global.
| Penggunaan Kendaraan Listrik dalam Perspektif Kesehatan dan Lingkungan di Tiongkok |
|
|---|
| Muslimah Tiongkok Menginspirasi, Padukan Nilai-nilai Islam dengan Budaya Lokal |
|
|---|
| Suara Senyap Islam di Xinjiang |
|
|---|
| Muslim Tiongkok Cinta Kepada Negara Atas Dasar Agama |
|
|---|
| Beijing dan Dongsi: Simbol Pluralisme Agama di Negeri Tirai Bambu |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/BWD-ZHENGZHOu.jpg)