Tribun Wiki

Upacara Menarang Baho pada Suku Pakpak untuk Mengantisipasi Hujan Batu yang Merusak Sawah

Suku Pakpak memiliki sebuah tradisi upacara menarang baho untuk melindungi ladangnya dari kerusakan akibat hujan batu

Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/AYU PRASANDI
ILUSTRASI- Suasana di persawahan Aek Pahu, Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut). 

TRIBUN-MEDAN.COM,PAKPAK- Tiap suku bangsa memiliki tradisi dan upacara sendiri dalam proses kehidupannya.

Sama halnya dengan masyarakat suku Pakpak di Sumatra Utara, yang juga memiliki beragam tradisi dan upacara.

Satu diantara tradisi upacara yang dilakukan masyarakat suku Pakpak adalah upacara menarang baho.

Biasanya, upacara menarang baho dilakukan oleh orangtua atau pemilik ladang.

Baca juga: Tradisi Upacara Mbengket Beges pada Suku Pakpak saat Mendirikan Rumah

Tujuannya, guna mengantisipasi agar sawah atau ladangnya rusak akibat hujan batu.

Hujan batu yang dimaksud ini berupa hujan es berbentuk gumpalan keras yang menyerupai batu.

Di kawasan Pakpak, hujan es atau hujan batu tercatat beberapa kali terjadi.

Dilansir dari laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, dalam penyelenggaraan upacara ini, orang lain tidak dikutsertakan.

Hanya pemilik sawah ataupun pihak keluarga saja yang menyelenggarakannya.

Baca juga: Tradisi Martondi Hau Masyarakat Batak Toba yang Mulai Punah

Menurut informasi, hujan batu atau hujan es ini kerap terjadi pada bulan Februari dan Maret.

Sebelum hujan batu atau hujan es terjadi, cuaca biasanya akan disertai gemuruh yang kuat berkepanjangan.

Saat kondisi cuaca buruk menunjukkan tanda-tanda, maka pemilik ladang atau sawah mulai melangsungkan upacara menarang baho

Orang tua atau pemilik ladang akan mempersiapkan arsam (sejenis tumbuh-tumbuhan pakis).

Pangkal arsam dipotong dengan parang dan diruncingkan hingga berbentuk seperti ranjau yang lazim disebut bacir oleh masyarakat suku Pakpak.

Baca juga: Tradisi Ritual Mangalontik Ipon pada Masyarakat Batak Toba Sebagai Tanda Kedewasaan

Setelah bacir dipotong menjadi runcing, maka orangtua atau si pemilik sawah akan turun ke ladangnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved