Tribun Wiki
Tradisi Ritual Mangalontik Ipon pada Masyarakat Batak Toba Sebagai Tanda Kedewasaan
Masyarakat Batak Toba punya sebuah tradaisi ritual bernama mangalontik ipon. Ini adalah tradisi meratakan gigi pada orang dewasa
TRIBUN-MEDAN.COM,TOBA- Masyarakat Batak Toba punya beragam kebiasaan atau tradisi yang unik dan menarik.
Satu diantara tradisi masyarakat Batak Toba adalah mangalontik ipon.
Dilansir dari laman Repositori Kemendikbud, tradisi atau ritual mangalontik ipon ini adalah kegiatan meratakan gigi.
Seseorang yang sudah melakukan mangalontik ipon, baru bisa disebut sebagai orang dewasa.
Baca juga: Tradisi Cakap Lumat pada Suku Karo Sebagai Bentuk Norma Kesopanan dalam Masyarakat
Bagi seorang wanita yang sudah menikah dan belum memiliki keturunan, tradisi mangalontik ipon dilakukan untuk padao gial, atau buang sial.
Dengan harapan, setelah melakukan mangalontik ipon, harapan untuk punya momongan bisa tercapai.
Dalam pelaksanaan mangalontik ipon, seorang dukun kampung akan menggunakan alat berupa pahat, palu dari tulang dan kikir.
Adapun gigi yang diratakan itu umumnya merupakan gigi seri dan taring.
Baca juga: Tradisi Paabingkon pada Masyarakat Batak Simalungun yang Masih Eksis Hingga saat Ini
Kedua bagian gigi ini dikikir agar rata dengan gigi lainnya.
Saat melakukan mangalontik ipon, dukun akan menyiapkan sebuah getah baja (getah sejenis kayu).
Nantinya, getah baja ini ditempelkan pada gigi yang baru saja diratakan, dengan tujuan agar tidak menimbulkan rasa ngilu dan infeksi.
Setelah proses penempelan getah baja, gigi juga akan diasapi.
Tujuannya, agar kuman yang mungkin menempel di gigi akan mati, dan gigi bisa lekas sembuh.
Baca juga: Tradisi Mangelek Tao, Bentuk Kedekatan Masyarakat Toba Terhadap Alam
Berpantangan
Setelah melakukan mangalontik ipon, seseorang tersebut akan menjalani masa 'rebu' atau pantangan.
Dalam tujuh hari, mereka yang baru mangalontik ipon dilarang makan sembarangan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ilustrasi-batak-toba-horja.jpg)