Oknum Jaksa Peras Tersangka

Banyak Oknum Jaksa Nakal di Sumut, Ini Daftarnya, Berikut Respon Kejagung RI

Kejagung RI meminta awak media menanyakan beragam kasus oknum jaksa nakal yang diduga melakukan pemerasan ke Kejati Sumut

|
Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi jaksa 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung RI, Ketut Sumedana tak banyak memberikan komentar, ketika disinggung mengenai sejumlah oknum jaksa nakal yang ada di Sumatra Utara.

Ketut meminta awak media menanyakannya langsung pada pimpinan Kejati Sumut.

"Silakan tanyakan ke Kejati ya mas," kata Ketut, ditanya mengenai dugaan pemerasan oknum jaksa Kejari Batubara, Kamis (11/5/2023).

Begitu juga saat ditanya mengenai adanya laporan terhadap 11 oknum jaksa Kejari Asahan, yang diduga melakukan tindakan serupa kepada para terdakwa, Ketut kembali meminta awak media menanyakan masalah ini ke Kejati Sumut.

"Saya belum dapat infonya," kata Ketut.

Oknum jaksa Kejari Batubara diduga lakukan pemerasan

EK, oknum jaksa Kejari Batubara diduga melakukan pemerasan terhadap keluarga tersangka narkoba.

Dugaan pemerasan itu terungkap dari video yang beredar, saat korbannya marah kepada oknum jaksa Kejari Batubara itu.

Dalam video yang beredar, keluarga korban pemerasan komplain kepada jaksa EK.

Baca juga: 9 Penyidik Dit Res Narkoba Polda Sumut Dilapor Gelapkan 12 Kg Sabu Tangkapan

Namun, karena aksi pemerasan ini mulai terbongkar, jaksa EK mengembalikan uang yang sudah dia terima.

Uang yang sempat dia ambil dari keluarga tersangka narkoba jumlahnya Rp 35 juta.

Kasi Intelijen Kejari Batubara, Doni Harahap ngaku belum tahu soal dugaan pemerasan ini. 

"Belum ada dapat info terkait itu," kata Doni, Rabu (10/5/2023).

Baca juga: Atek, Mafia Tanah yang Kabur ke Tiga Negara Akhirnya Diringkus Polda Sumut dan Interpol

Dia lantas meminta Tribun-medan.com memberi tahu, siapa sumber yang membeberkan informasi dugaan pemerasan jaksa EK.

Setelah itu, Doni pun mengaku akan melaporkan dugaan pemerasan ini pada atasannya.

Dalam video yang diterima Tribun-medan.com, keluarga tersangka narkoba diam-diam merekam wajah jaksa nakal tersebut.

Kala itu, pihak keluarga tersangka narkoba menanyakan kepada jaksa EK, bagaimana kelanjutan perkara yang uangnya sudah disetorkan tersebut. 

Baca juga: Pengakuan Wanita Bersuami yang Ditiduri Kepala Desa Silau Dunia: Dia Janji Ceraikan Istrinya

"Kemarin sudah saya setor ya bu, ini saya setor lagi Rp 5 juta, jadi semuanya Rp 35 juta," kata ibu tersangka kepada jaksa EK. 

Dalam video tersebut, terlihat jaksa EK tidak menyadari bahwa dirinya tengah direkam.

Dirinya hanya mengangguk-anggukkan kepala, sembari mendengarkan ibu tersangka berbicara.

Parahnya lagi, dalam video tersebut, terlihat EK menerima uang pecahan Rp 100 ribu yang diambil dari ibu tersangka dengan tangannya di meja kerja EK.

Baca juga: KPK Periksa Kerugian Negara Proyek Jembatan di Siantar yang Diakali Oknum Jaksa di Kejagung RI

EK bekerja tidak sendiri.

Ia dibantu petugas diduga honorer berinisial B.

Terkait kasus ini, Tribun-medan.com masih berupaya mengonfirmasi Asisten Pengawas Kejati Sumut, termasuk pejabat Kejagung RI.

* Minta usut tuntas kasus di Kejari Batubara

Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Tinggi Sumut didesak mengusut tuntas kasus dugaan pemerasan yang diduga dilakukan oknum jaksa Kejari Batubara berinisial EK.

Dugaan pemerasan ini terbongkar atas rekaman video yang ada pada keluarga tersangka narkoba.

Menurut informasi, keluarga tersangka narkoba dimintai uang hingga Rp 80 juta oleh oknum jaksa Kejari Batubara. 

"Dugaan (pemerasan) ini harus ditindaklanjuti dan diusut tuntas. Proses hukum harus dijalankan, dan proses pelanggaran etik juga berjalan," kata Pengamat Hukum Sumatra Utara, Redyanto Sidi, Rabu (10/5/2023).

Baca juga: Lakalantas di Toba, Mobil vs Sepeda Motor, Polisi: Pemotor Jalani Operasi Kepala, Ini Kronologinya

Redyanto mengatakan, tindakan dugaan pemerasan itu sangat memalukan dan mencoreng nama baik kejaksaan.

Sehingga, oknum jaksa yang diduga melakukan pemerasan itu harus turut diproses hukum.

Sebab, jika oknum jaksa nakal seperti ini tidak diproses hukum, maka akan berdampak pada upaya pemberantasan narkoba.

"Sulitnya memberantas narkoba, salah satunya karena problem seperti ini," terang Redi.

Ia mengatakan, Kejaksaan Tinggi Sumut perlu mengatensi kasus ini.

Baca juga: Penertiban dan Penegakan Tata Tertib, Lapas Labuhan Bilik Laksanakan Penggeledahan Insidentil

"Jika terbukti dan benar adanya, oknum tersebut layak diberhentikan dengan tidak hormat," ucapnya.

Redi juga meminta agar Asisten Pengawas Kejati Sumut untuk mendalami siapa saja yang terlibat dalam kasus ini.

Bahkan, Redi juga meminta agar Kejari Batubara ikut diperiksa dalam kasus ini. 

Terpisah, Kasi Penkum Kejati Sumut, Yos A Tarigan mengatakan laporan dugaan pemerasan itu sudah diterima pihaknya. 

Baca juga: Dugaan Eks Ajudan Gubernur Sumut Jadi Calo Mahasiswa Siluman di USU, Pengamat: Tangkap Saja

"Informasi tersebut telah masuk ke Kejati Sumut. Dari informasi dari Kejari Batubara, diketahui berkas perkara tersebut saat ini di tahap penelitian berkas," kata Yos.

Yos mengatakan, jika nantinya ada informasi mengenai pemeriksaan kasus ini, ia akan menginformasikannya lebih lanjut.

Tribun-medan.com masih berupaya meminta komentar Jaksa Agung RI menyangkut kasus dugaan pemerasan yang ada di Kejari Batubara tersebut.

Oknum jaksa Kejari Tebingtinggi minta 'uang vitamin'

Oknum jaksa Kejari Tebingtinggi bernama Edwin Anasta Oloan Tobing atau Edwin Tobing diduga lakukan pemerasan modus minta 'uang vitamin'.

Adapun dugaan pemerasan itu dilakukan Edwin Anasta Oloan Tobing kepada korban pemukulan bernama Wanda Sri Wardani (30) yang terjadi pada Oktober 2021 lalu. 

Total permintaan uang vitamin jaksa Edwin Tobing tersebut mencapai Rp 4,5 juta.

Dalam percakapan by phone antara jaksa dan keluarga Wanda, kedua belah pihak sepakat bertemu di Kedai Kopi Kopang - Jalan Dr Sutomo, Kota Tebingtinggi, Pukul 12.00 WIB lewat.

Baca juga: Terbongkar Oknum Jaksa di Tapsel Diduga Terlibat Kasus Mafia Tanah, Kini Diperiksa Kejaksaan Agung

Jaksa Edwin meminta percakapan jangan melalui telepon karena khawatir disadap. 

Namun pembicaraan terus berjalan.

Terekam suara bahwa Jaksa Edwin Tobing menjanjikan pihaknya bisa memenuhi permintaan keluarga Wanda Sri Wardani, yang mana ingin agar Susilawati bisa ikut ditahan dan menjalani proses hukum seperti Wanda.

Kebetulan dalam pertikaian itu, baik Wanda Sri Wardani dan Susilawati saling melaporkan ke Polres Tebingtinggi.

Baca juga: Oknum Jaksa Kejari Tanjungbalai Dilapor Palsukan Dokumen dalam Perkara Korupsi

Namun hanya proses hukum Wanda yang terus berjalan, bahkan hingga ke tahap II (pelimpahan tersangka dan barang bukti). 

Dalam rekaman percakapan lainnya, Jaksa Edwin Tobing menyampaikan kepada keluarga Wanda Sri Wardani, bahwa pihaknya telah memanggil Susilawati untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.

Tak gratis, Jaksa Edwin juga meminta uang vitamin kepada keluarga Wanda.

Edwin menyebut uang vitamin untuk ‘kami’ yang diduga untuk seluruh jaksa yang menangani kasus tersebut.

Baca juga: Kejati Sumut Ambil Alih Kasus Oknum Jaksa Diduga Peras Keluarga Tersangka Penadah

“Udah kau tengok dia. Hari ini dipanggil ke kantor, senyum lah. Jangan lupa, kasihlah vitamin sama kami! Kapan kutunggu? Hari ini bisa?,” kata Jaksa Edwin. 

“Nanti adalah untuk bapak itu. Tapi ditahan lah dia dulu,” kata keluarga Wanda.

“Berapa ikat? Dua ikatlah. Hari ini, ku pastikan hari ini ditahan. Enteng kali ngapain dia, tinggal tunggu waktu aja. (Kau ngasih) Rp 1,5 juta bisa? Janganlah di bawah Rp 1 juta. Bikin malu saja. Rp 1,5 juta lah,” kata Jaksa Edwin kembali. 

“Pokoknya adalah nanti. Tapi ditahan dulu dia,” kata keluarga, yang mana Jaksa Edwin menyampaikan akan menunggu janji keluarga Wanda.

Baca juga: Coreng Nama Baik Kejagung RI, Oknum Jaksa Cabang Labuhan Deli yang Dituding Memeras Kini Diperiksa

Sementara itu, penasihat hukum Wanda Sri Wardani, Rudi Sihite SH menyampaikan, pihaknya begitu keberatan dilayani oleh jaksa yang demikian.

Pasalnya, kliennya Wanda mengalami patah tangan, seharusnya menjadi korban, justru dijadikan tersangka.

“Kita pun korban malah dikorbankan lagi. Saya minta Kejaksaan Agung mencopot jaksa yang demikian. Tepatnya jaksa yang memeras korban. Udah minta Rp 4,5 juta, ini minta lagi Rp 2 juta,” kata Rudi Sihite, Rabu (13/7/2022) siang.

Baca juga: Oknum Jaksa Kejati Sumut Gebuki ASN yang Dituding Pelakor, Dua Perwira Polda Sumut Ikut Menakuti

“Sebenarnya klien kita yang jadi korban, tangannya patah. Tapi dijadikan tersangka. Jadi perbuatan oknum jaksa kita laporkan terkait etika dan pidananya ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara,” ujar Rudi seraya akan membuat laporan yang sama ke Polda Sumut.

Berkaitan dengan kasus ini, Kepala Kejari Tebingtinggi Sundoro Adi yang dikonfirmasi melalui WhatsApp, Rabu (13/7/2022) enggan menjawab.

Sementara itu Kasi Intelijen Kejari Tebingtinggi Fahmi Jalil mengaku akan mengecek dugaan permintaan uang tersebut kepada jaksa yang bersangkutan.

“Harus dicari tahu dulu ini, bang. Biar kucek ya, Bang,” kata Fahmi yang dihubungi via WhatsApp.

10 oknum jaksa Kejari Asahan dilaporkan memeras

10 oknum jaksa nakal di Kejari Asahan dilaporkan ke Kejati Sumut karena dituding melakukan pemerasan.

Adapun ke 10 oknum jaksa nakal itu masing-masing FS, RH, CS, RT, B, G, E, HM, NF, dan S.

Dalam aksinya, ke 10 oknum jaksa nakal ini meminta uang mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 60 juta kepada terdakwa, tergantung kasus yang tengah dijalani.

Baca juga: Ngeri Aksi Pecah Kepala di Kejari dan PN Kisaran, Pengunjuk Rasa Tuding Sarang Suap Para Jaksa Nakal

Merespon kasus dugaan pemerasan 10 oknum jaksa nakal Kejari Asahan ini, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspen) Kejagung RI, I Ketut Sumedana meminta Kejati Sumut untuk segera memproses kasusnya.

“Silakan Kejati Sumut memproses,” tegasnya, Jumat (20/1/2023).

Ia mengatakan, sejauh ini pihaknya belum ada menerima laporan resmi terkait kasus tersebut.

Namun begitu, Ketut menegaskan agar Kejati Sumut bisa memproses laporan yang disampaikan masyarakat.

Baca juga: Desak Copot Jaksa Nakal di Kejari Asahan, Tiga Pendemo Pecahkan Kepala Pakai Gelas Hingga Terluka

Terpisah, Kasi Penkum Kejati Sumut, Yos Arnold Tarigan mengatakan pihaknya akan mempelajari laporan dugaan pemerasan 10 oknum jaksa Kejari Asahan itu.

"Apabila seperti yang diperlihatkan ini, nantinya akan dilakukan konfirmasi ke pihak pelapor. Sehingga pelapor nantinya dapat mengutarakan hal-hal yang telah ada dalam laporan maupun yang belum ada," katanya.

Disinggung mengenai sikap tegas yang akan dilakukan oleh Kepala Kejati Sumut, Yos menyebut pihaknya akan terlebih dahulu melihat hasil penyelidikan kasus ini.

Baca juga: Pengunjuk Rasa di Asahan Nekat Pecahkan Kepala Pakai Gelas, Tuntut Jaksa Nakal yang Kerap Disuap

"Kita lihat laporan tersebut. Artinya akan diklarifikasi ke pihak-pihak tersebut. Untuk terbukti atau tidaknya kita lihat proses," pungkas Yos.

Kasus dugaan pemerasan ini mencuat setelah massa yang tergabung dalam Barisan Anti Korupsi (Bara Api) melapor ke Kejati Sumut.

Mereka menyebut ada 10 oknum jaksa nakal yang patut diduga sering melakukan pemerasan.

Terkait kasus ini, massa juga sempat melakukan aksi ke Kejari Asahan.

Baca juga: Ngeri Aksi Pecah Kepala di Kejari dan PN Kisaran, Pengunjuk Rasa Tuding Sarang Suap Para Jaksa Nakal

Saat itu pihak Kejari Asahan meminta massa melampirkan bukti-bukti dugaan pemerasan yang disinyalir dilakukan ke 10 oknum jaksa dimaksud.

“Kami akan lanjutkan laporan ini hingga ke Kejagung,” kata Adha Khairuddin, Ketua Bara Api.

Dia mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengumpulkan sejumlah bukti terkait kasus dugaan pemerasan ini.

Beberapa bukti diantaranya menyangkut penuturan para terdakwa yang pernah diduga diperas oknum jaksa nakal tersebut

Seorang oknum jaksa diduga terlibat penganiayaan 

Oknum jaksa yang berdinas di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut) berinisial MJ pernah dilaporkan ke Polrestabes Medan, karena dituding menganiaya Desy Permatasari, aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di Pemkab Kutacane.

Desy Permatasari sebelumnya dituding sebagai perebut laki orang (pelakor), karena disinyalir berselingkuh dengan ARM alias Mui, pejabat pemerintahan di Pemko Tanjungbalai.

Menurut Desy Permatasari, saat dirinya dianiaya, ada dua orang perwira kepolisian masing-masing Kompol D dan Kompol AB yang menyaksikan.

Kompol D, yang katanya bertugas di Polda Sumut, dan Kompol AB, yang bertugas di Polres Langkat ikut menakut-nakuti Desy Permatasari.

Baca juga: Mulan Bukan Pelakor, Dhani Nangis Buka Fakta Baru Cerai Maia, Ungkap Suami Orang & Talak 3 Via SMS

Saat diwawancarai, Desy Permatasari mengatakan kasus penganiayaan ini terjadi pada Minggu (11/10/2021) dini hari.

Kala itu, Desy Permatasari ketahuan tengah bersama ARM alias Mui, pejabat Pemko Tanjungbalai yang sudah beristri.

Kebetulan, Desy Permatasari mengenal ARM alias Mui saat berada di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca juga: TERKUAK Motif Mahasiswi Edarkan Narkoba di Kampus USU, Pengakuannya Mengagetkan: Sehari Habis 1 Kg

"Mui bekerja di Pemerintahan Kota Tanjungbalai, dia menjabat sebagai kepala bagian," kata Desy Permatasari di Kota Binjai, Selasa (12/10/2021). 

Sebelum kejadian penganiayaan, ARM tiba di Kota Medan dan dijemput oleh sopirnya naik Mitsubishi Pajero di Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deliserdang.

Kemudian, ARM alias Mui mengantarkan Desy Permatasari pulang, lantaran ingin bersama. 

Baca juga: Kadung Dicap Pelakor, Mayangsari Ungkap Fakta Perceraian Bambang dan Halimah Setelah 24 Tahun

Saat tiba di Komplek Citra Garden, Jalan Padang Bulan, tiba-tiba dua unit mobil menyalip kendaraan yang ditumpangi ARM dan Desy. 

"Saat saya diantar di depan Komplek Citra Garden, enggak lama kemudian tiba dua mobil lainnya, yaitu Fortuner dan Alphard menyetop kendaraan kami," kata korban. 

Kemudian, CH, istri ARM alias Mui tiba-tiba turun dan menaiki kendaraan yang korban tumpangi.

Setelahnya, istri Mui meminta sopir turun dan berganti mengendarai kendaraan tersebut.

Di dalam mobil, kata Desy, CH istri Mui mengancam dirinya lantaran dituduh sebagai pelakor. 

Singkat cerita, Desy dibawa bersama dengan Mui ke rumah MJ, di Komplek Tasbih II.

Baca juga: Dulu Korban Pelakor, Kini dr Lioni Novi Susanti Menikah dengan Perwira Polisi Berpangkat AKBP

MJ merupakan kerabat dari CH, yang kini bertugas di Kejati Sumut.

Sesampainya di sana, kata Desy, ia langsung dipukul oleh MJ tanpa bertanya-tanya terlebih dahulu. 

"Muka saya langsung dipukulnya," ucap Desy. 

Tak berapa lama, setelah diinterogasi di rumah MJ, perselingkuhan keduanya terungkap.

Suami Desy berinisial B kemudian tiba di kediaman MJ. 

Tujuannya, agar MJ dan keluarganya tidak menganiaya korban. 

Baca juga: MASIH Ingat Bu Dendy Sawer Segepok Uang Wanita Dituduh Pelakor, Kini Hidupnya Berubah

Saat itu, B, suami Desy minta MJ (oknum jaksa), CH (istri Mui), RCD (istri MJ) dan AS (kakak CH) untuk membawanya ke polsek terdekat agar tidak terjadi aksi penganiayaan tersebut. 

"AS yang paling menyiksa saya. Saya berusaha lari, terus dipukulnya lagi," jelasnya.

Bahkan, sambungnya, penganiayaan tersebut menyita perhatian keluarga lain yang kebetulan aparat penegak hukum berpangkat Kompol berinisial D yang bertugas di Polda Sumut.

Tak lama berselang, datang Kompol AB dan istri yang bertugas di Polres Langkat. 

Baca juga: Terekam CCTV Aksi Istri Tikam Pelakor di Makassar, Saksi Mata: 2 Kali Tikam di Pinggang

"Kompol AB datang sama istrinya belakangan, mereka tidak ikut menganiaya," jelas dia. 

Suami korban menyesalkan tindakan penganiayaan ini.

Sebab, persoalan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. 

Namun, sebaliknya, persoalan ini menjadi panjang lantaran CH, istri Mui dan keluarganya yang diduga menganiaya korban, masih saudara kandung dengan mantan Wali Kota Tanjungbalai berinisial MS yang terjerat suap dan korupsi. 

"Akhirnya kami bisa keluar dari rumah MJ sekitar jam 6 pagi. Bukti penganiayaan berupa visum dari Rumah Sakit Pringadi Medan sudah kami serahkan juga kepada polisi saat melapor," ungkapnya.(tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved