Jumat Agung

Renungan Jumat Agung dari Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung

Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung membagikan renungan perayaan Jumat Agung kepada umat katolik.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung. 

Terjawab pertanyaan orang-orang tadi. Yesus barangkali sengaja memilih keledai sebagai kenderaan menuju Yerusalem. Dia tidak menunggang kuda yang menjadi lambang kekuatan, kejayaan, wibawa dan keperkasaan.

Yesus menggunakan tunggangan keledai yang muda, lemah, sulit dikendalikan.
Ini adalah gambaran peristiwa yang akan dihadapi oleh Yesus.

Yesus harus mengendalikan diri dan tetap berpegang pada kehendak Bapa ketika berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang mencoba menjungkirbalikkan kebijaksanaan, kekuatan yang mencoba membatasi gerak utusan Ilahi yang sedang datang ke Yerusalem.

Penginjil Matius mengajak kita untuk melihat kewibawaan Yesus yang nampak dalam sikapnya sebagai Tuhan yang lemah lembut.

Dengan demikian nanti dalam mengikuti kisah penghinaan, penderitaan, penyalibannya kita tetap dapat melihat sisi Yesus yang anggun dan berwibawa itu.

Apa hal yang mau dikatakan dengan ini? Ceritra ini mau mengatakan bahwa Yesus sanggup menyetir hal yang sukar. Maka jelas yang hendak dikatakan: ia orang yang penuh kearifan. Ia dapat menyatukan kejayaan dan kelemahlembutan, dua keutamaan yang sulit dibayangkan ada bersama pada diri orang yang sama.

Yesus tetap setia pada jalannya. Setia pada misinya. MisiNya adalah menampakkan wajah Allah yang berbelaskasih, lemah lembut, arif, bijaksana, menguasai diri. Dia setia dan taat kepada Dia yang mengutusNya, yaitu Allah Bapa.

Baginya tetap berlaku gambaran yang bertumpang-tindih antara raja yang jaya dan kelembutan yang membuat-Nya rapuh di hadapan kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha menjungkir-balikkan kebijaksanaan dengan mempergunakan baik Yudas maupun Pilatus.

Pada hari ini kita mengenangkan peristiwa penyaliban dan kematian Dia yang dalam hidupNya taat kepaa Allah. Dia yang menampakkan wajah Allah yang berbelaskasih, bijaksana dalam mengajar, peduli dengan dan menyembuhkan banyak orang yang sakit, memuasakan rasa haus dan lapar orang akan kebenaran kahirnya mati tragis di kayu salib karena rasa iri hati, keterancaman dari para pemimpin agama.

Yesus tetap berada di dalam garis kebijaksanaan hingga akhir. Dia berhasil menyetir dan mengarahkan tunggangan yang sukar. Inilah kebesaran utusan Ilahi yang dirayakan selama Minggu suci ini, yang berpuncak pada Triduum Paskah daam mana kita mulai dengan memperingati KematianNya.

Demikian isi renungan yang disampaikan Mgr Kornelius Sipayung bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Medan.

(cr3/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved