Jumat Agung

Renungan Jumat Agung dari Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung

Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung membagikan renungan perayaan Jumat Agung kepada umat katolik.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung. 

Misalnya pertanyaan mengapa Yesus bergaul dan makan bersama orang berdosa, mengapa murid-murid Yesus makan dengan tidak mematuhi adat-istiadat orang Jahudi, mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa dan banyak lagi pertanyaan sering menguji dan menjerat Yesus.

Mengapa kehadiran Yesus yang adalah utusan Ilahi ini sungguh menggelisahkan dan menjadi ancaman bagi pemimpin agama ini?

Inilah jawaban mengapa pemuka agama itu gelisah.

Banyak orang kagum dengan pengajaran Yesus. Yesus berkotbah dan mengajar dengan penuh wibawa.

Dia membuka mata orang akan arti hukum dan aturan-aturan dengan menggali nilai dari setiap peraturan yang ada. Sementara para pemimpin agama ini merasa diri kurang laku karena bertindak legalis.

Selain itu Yesus juga mengajar murid-muridNya dengan perkataan. “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk dalam kerjaan surga”

Yesus juga membuat banyak aksi yang membuat mata orang melihat bahwa utusan Allah sedang ada di antara mereka. Semakin para pemuka agama itu mengkritik Yesus semakin tidak laku mereka di hadapan khalayak ramai.

Situasi ini membuat para pemimpin agama cemas dan terancam. Inilah yang memicu ketegangan antara Yesus dengan Pemuka agama. Apakah kecemasan ini hanya sekedar iri hati?

Injil pada hari Sabtu sebelum Minggu Palma menuturkan penolakan sekaligus komplotan kaum pemimpin elite Jahudi yang berencana mau membunuh Yesus.

Mereka makin bertekad bulat menyingkirkan Yesus karena ketakutan akan pengaruh Yesus yang semakin kuat dan meluas dengan tanda-tanda mukjizat yang dilakukan-Nya. Lebih hebat lagi penolakan ini setelah Yesus membangkitkan Lazarus.

Akan ada ancaman dan bahaya besar untuk kelangsungan keberadan agama Yahudi jika orang banyak percaya dan mengikuti Yesus. Ini bukan persoalan sederhana, soal iri hati atau kelah tenar, tetapi persoalan keberadaan sebagai bangsa yang melekat dengan agama.

Maka mereka bersepakat bahwa Yesus harus disingkirkan. Tetapi dengan jalan apa? Kayafas, Imam Besar pada masa itu berkata: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa" (Yoh 11:48-50).

Dengan pernyataan ini, Yesus mau dijadikan tumbal - korban dan dibunuh tentunya. Dan terbukti nanti dalam pengadilan agama, Kayafas menuduh Yesus itu sebagai seorang yang menghujat Allah.

Dan pada akhir perikop Injil itu orang bertanya satu sama lain “akan datangkah Yesus ke pesta paska Orang Jahudi?” Banyak orang mengetahui ketegangan ini bahkan rencara jahat pemuka agama ini.

Beberapa hari sebelum peristiwa penyaliban itu diceriterakan Injil bagaimana Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggangi keledai.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved