Ngopi Sore

Ibu Mega Makin Sering Marah-marah, Apakah Beliau Sudah Lelah?

Kemarahan-kemarahan Megawati bisa jadi alamat bahaya bagi PDIP di 2024. Apalagi, di lain sisi, "puteri mahkota" mereka sama sekali tak bisa diandalkan

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Tribunews/HO
DOKTOR - Megawati Soekarnoputri berfoto usai menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa Bidang Kemanusiaan dari Universitas Soka Tokyo, Jepang, beberapa waktu lalu. 

Megawati kembali menuai kontroversi usai mempertanyakan sumbangsih generasi milenial. Ia menilai, generasi muda hanya bisa berdemonstrasi. Pernyataan ini diutarakannya saat mengomentari rangkaian unjuk rasa mahasiswa menolak omnibus law UU Cipta Kerja.

Lalu ada pula ucapan mengenai jatah menteri. Pada Kongres V PDI-P di Denpasar, Bali, tahun 2019, usai Jokowi dan Ma'ruf Amin terpilih sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019-2024 melalui Pilpres 2019, Megawati mengatakan bahwa lantaran kadernya akan masuk periode kedua menjabat presiden, maka layak jika dalam kabinet baru jatah menteri untuk kader PDI Perjuangan mesti lebih banyak. Meski nadanya berguyon, tak ayal ucapan ini jadi sorotan tajam. Sebelumnya, dalam entah berapa kali kesempatan, ia menyebut Jokowi sebagai petugas partai.

Belakangan, bukan lagi hanya berbicara, Megawati kerap pula mengumbar kemarahan. Celakanya, kemarahan-kemarahan ini, nyata sekali bukan sebangsa kemarahan yang elegan dan terstruktur dan terkendali, melainkan sekadar kemarahan yang dilepaskan oleh orang-orang lanjut usia yang suka merajuk dan kembali bersikap layaknya anak-anak. Teranyar, dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI Perjuangan di Jakarta, "repetan" Megawati melesat ke sana-sini, menyinggung Papua, menyinggung tukang bakso.

Akibatnya terang. Ia jadi lelucon lagi di media sosial. Meme-meme dan potongan videonya saat melontar amarah justru disambut olok-olok. Di lain sisi, lawan-lawan politiknya menjadikan “repetan” tersebut sebagai bahan gorengan yang aduhai. Sebentar lagi 2024. Pemilu serentak akan digelar. Pemilu legislatif, kepala daerah, dan presiden, dan PDI Perjuangan akan bertarung untuk memenangkan figur-figur pilihan mereka.

Kemarahan-kemarahan Megawati yang terkesan tak terkendali ini bisa jadi alamat bahaya. PDI Perjuangan bisa ditinggalkan. Apalagi, di lain sisi, "puteri mahkota" mereka sama sekali tidak bisa diandalkan. Peluang menangnya nyaris setipis kulit bawang –dengan siapapun dia dipasangkan. PDI Perjuangan, bagaimana pun, masih perlu Megawati. Ia masih sosok sentral. Sosok andalan. The one and only!

Maka rasa-rasanya, yang perlu dilakukan PDI Perjuangan sekarang adalah bagaimana membuat Megawati tidak sering-sering marah lagi. Bagaimana agar ia tak sering-sering mengumbar bicara yang ngelantur ke sana-sini lagi. Sekiranya ia masih berkeras, barangkali boleh dicari satu dua kader untuk menyanyikan lagu Elpamas tadi di depan beliau: Bu Mega sudahlah, engkau sudah terlihat lelah... (t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved