Ngopi Sore

Indonesia Didepak dari All England, Netizen Langsung Amalkan Sila Ketiga Pancasila

Tujuh pemain dari negara lain yang sebelumnya terindentifikasi positif Covid-19. Mereka kemudian diperiksa ulang, dan selang 24 jam dinyatakan negatif

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Instagram
Tangkapan gambar Instagram reaksi netizen Indonesia terkait keputusan pencoretan tim bulu tangkis Indonesia dari All England. 

Tidak cuma Marcus. Pasangannya Kevin Sanjaya ikut bersuara. Demikian pula Greysia Polii. Kalimat mereka segera disambut netizen Indonesia. Tidak hanya Cebongers dan Kampreters, para pemuja K-Pop dan drakor, die hard kendang koplo, sobat ambyar dan anak-anak kopi senja, bahkan alay-alay fans karbitan Young Lex atau Jerinx SID, melepaskan identitas dan fanatisme. Mereka dengan gagah berani menyerbu akun-akun resmi media sosial milik BWF. Dalam tempo tidak lebih dari tiga jam, akun tersebut sesak dengan segenap sumpah serapah. BWF akhirnya mengunci kolom komentar akun tersebut.

Satu jalan tertutup tidak membuat mereka surut langkah. Giliran Twitter jadi sasaran. Tagar (#) BWFMustBeResponsible diapungkan dan dengan cepat merangsek ke daftar trending topic. Berkejar-kejaran dengan #ShameOnYou, #JusticeForIndonesianPlayer, #Minion, #SaveBadminton, dan #AllEngland. Sementara di Instagram dan Facebook, bertebaran meme-meme yang tiada kalah "seram".

Lalu, seperti yang juga sudah menjadi biasa di Indonesia, kalangan politisi ikut bicara. Seorang di antaranya, legislator dari partai pemenang pemilu, bilang seharusnya PBSI membawa para pemain pergi ke Birmingham dengan pesawat khusus. Jet pribadi carteran. Agar tidak bercampur dengan penumpang lain.

Pilihan lain, tim bertolak dari Indonesia jauh sebelum hari H pertandingan. Guna melewati tenggat karantina, waktu yang paling ideal antara 12 sampai 10 hari sebelumnya. Hingga kalau pun ada yang kena, tetap bisa lolos.
Dari kedua pilihan ini, rasa-rasanya pilihan kedua yang paling logis. Pertanyaannya, kenapa tidak diambil PBSI?

Persoalan biaya mungkin satu di antaranya. Membiayai tim dengan jumlah personel yang besar, di Inggris, negara yang terkenal mahal, tentu saja akan menyulitkan. Sangat mencekik leher. Jumlah yang dikeluarkan PSBI bisa lima atau bahkan sepuluh kali lipat dibanding biaya tim dalam tur Asia di Thailand awal tahun lalu.

Alasan lain barangkali saja lantaran memang All England dan BWF tidak memberlakukan aturan [yang mesti ditaati seluruh kontestan] seperti di Thailand. Peserta tidak wajib datang 12 sampai 10 hari menjelang hari pertandingan.

Harapannya, tak ada masalah yang muncul. Ternyata, kejadiannya malah begini. Nasib... nasib... (t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved