Ngopi Sore
Menteri Jokowi di Kedai Kopi
Sebab kebiasaan di Indonesia, ganti bos, program akan ganti juga. Pengalaman pada periode pertama, tentu bisa dijadikan Jokowi sebagai tolok ukur.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
"Hahaha..., macam Indonesian Idol aja, bah! Eh, Anang balik lagi, ya, jadi juri?"
"Siapa lagi, Bang, yang kira-kira pantas masuk lagi?" kali ini Sudung yang bertanya.
"Siapa, ya? Ibu Susi bisa. Soor kita sama ibu satu ini. Maen gayanya."
"Terus?"
"Basuki juga mantap. Imam Nahrowi juga mantap, sebenarnya. Sayang keburu dicokok KPK dia."
"Berarti enggak mantap, lah, kalok gitu namanya, Bang. Mantap, kok, korupsi. Cemananya?"
"Hehehe... iya, iya. Cumak bercanda aku. Jangan serius-serius, kali. Nanti cepat mati kau."
"Terus, siapa lagi? Luhut Panjaitan?"
"No comment. Opung kita itu."
"Prabowo?"
"Itu juga opung kita."
"Hahaha... Ini serius atau main-main?"
"Serius boleh. Main-main juga boleh. Serius-serius jambu, lah. Cumak ya, lucu juga, lah, kalok Prabowo betul jadi menteri. Masih mending Fadli Zon. "
"Terus, siapa lagi?"
"Itu, yang menteri luar negeri itu. Siapa namanya?"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/menteri-2.jpg)