Ngopi Sore

Menteri Jokowi di Kedai Kopi

Sebab kebiasaan di Indonesia, ganti bos, program akan ganti juga. Pengalaman pada periode pertama, tentu bisa dijadikan Jokowi sebagai tolok ukur.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla, berfoto bersama sejumlah menteri sebelum acara silaturahmi kabinet kerja di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (18/10/19). 

Joko Widodo direncanakan dilantik jadi Presiden Republik Indonesia untuk periode kedua pada Minggu, 20 Oktober 2019, tapi hal yang paling ditunggu-tunggu sekarang bukanlah peristiwa basa-basi itu. Melainkan bagaimana komposisi menteri yang akan bekerja bersama dia dan Wakil Presiden Kyai Ma'ruf, sampai lima tahun ke depan.

Setidaknya dalam satu pekan terakhir. Komposisi menteri jadi isu seksi yang secara ciamik menggeser isu-isu lain yang sebelumnya mendominasi. Katakanlah seperti pelemahan KPK atau kekalahan-kekalahan tim nasional di lapangan sepak bola. Bahkan mampu menepikan silang pendapat perihal kematian artis Korea.

Pula demikian di Kedai Tok Awang. Pengunjung kedai, terutama pengunjung-pengunjung tetap; para penganggur stedi, membahasnya dengan lagak gaya pakar politik.

"Kalok bisa, ya, memang harus sampek lima tahun, lah. Jangan baru setahun udah ganti. Baru dua tahun diganti. Mending kalok penggantinya lebih mantap," kata Jek Buntal sembari mencomot bakwan jagung.

"Jadi kau mau bilang kalok menteri-menteri pengganti yang dipilih Jokowi kemarin itu enggak mantap?" sahut Jontra Polta. Sudung menimpali. "Sri Mulyani enggak mantap?"

Jek Buntal mengangkat tangannya yang memegang bakwan. Bekas gigitannya nyaris menyerupai kroak pada logo Apple. Sembari menuntaskan kunyahan, Jek menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu bilang kalimatnya jangan dipandang general.

"Itulah kita ini. Kapan mau maju. Sukak kali ambil kesimpulan terburu-buru. Maksudku bukan perkara menteri- menterinya yang mantap atau tak mantap. Tapi lebih ke pergantiannya. Apa itu istilahnya?"

"Reshuffle," ujar Zainuddin yang sedang berduel dengan Lek Tuman. Singkat saja. Wajahnya ketat. Sedikit pun tak dipalingkannya wajahnya dari papan catur. Memegang buah hitam, pembukaan Ruy Lopez dari Lek Tuman dijawabnya dengan Pertahanan Berlin.

"Ah, iya, itu dia. Reshuffle," kata Jek Buntal. "Kalau awak tak silap, periode pertama Jokowi kemarin ada tiga kali reshuffle. Iya, kan, Pak Guru?"

"Empat kali," jawab Zainuddin. Masih tanpa menoleh. "Terakhir 15 Agustus 2018, Asman Abnur digantikan Syafruddin."

"Kalok Sri Mulyani itu reshuffle keberapa, Pak Guru?" giliran Jontra Polta bertanya.

"Kedua."

Sejurus kemudian Zainuddin memukul meja. Kudanya dibunuh Gajah. "Ah, itu, lah. Banyak kali pertanyaan kelen. Silap saya jadinya. Udah tahu kelen Lek Tuman ini punya bakat Naga Bonar. Silap sikit hilang barang."

Lek Tuman terkekeh. "Lho, Pak Guru jangan begitu. Tak pandai menari jangan pulak lantai dibilang tak rata. Buruk muka cermin dibelah."

"Gara-gara Sri Mulyani," celetuk Sudung.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved