Ngopi Sore
Mari Tertawa Bersama SNSD
Selain kekeliruan kabar, kelucuan juga dipicu oleh kekeliruan mengidentifikasi SNSD itu sendiri.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Kesalahan ini tak ayal menjadi pukulan balik baginya. Akun Twitter miliknya diserbu oleh akun- akun lain yang mencoba meluruskan kekeliruan tersebut. Upaya pelurusan ini tentu saja tidak semuanya dilakukan dengan cara santun, atau bertendensi humor, misalnya yang coba membanding-bandingkan antara "keseksian" aksi panggung girl band Korea Selatan dengan pedangdut-pedangdut Pantura. Banyak juga yang merisak. Menyebutnya asal cuap.
Kisruh SNSD memang tak berlanjut. Para penolak menyingkir dari panggung. Akan tetapi, dari sini menguat satu kecenderungan yang semestinya patut untuk disikapi prihatin. Kenapa kekeliruan-kekeliruan pemahaman akibat kesimpulan yang terburu-buru seperti ini makin sering terjadi? Kenapa makin banyak di antara kita yang makin tak sabaran dan ngamukan?
Apa sebab? Apakah lantaran tekanan hidup yang makin kuat? Apakah lantaran kita semua makin miskin dan terancam mati karena miskin?
Saya tidak tahu. Barangkali benar begitu. Sebab mengukur kemiskinan, tentunya tak bisa dengan menjadikan tetap ramainya orang yang nongkrong di Starbuck dan panjangnya antrean untuk membeli mobil baru sebagai tolok ukur, bukan?(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/snsd_20170801_193245.jpg)