Ngopi Sore
Mau ke Mana AHY Setelah Nyungsep di Jakarta?
Pencapaian AHY memprihatinkan. Kalah jauh dari Ahok dan Anies. Nyungsep sebenar-benarnya nyungsep. Persentase suaranya tidak sampai 20 persen.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Namun langkah AHY ke kursi tertinggi Partai Demokrat masih jauh. SBY masih punya cukup energi untuk memimpin partai. Lantas pertanyaannya, ke mana AHY akan pergi? Menyasar satu kursi di gedung DPR RI adalah kemungkinan lain. Akan tetapi, inipun hanya opsi alternatif. Opsi yang akan diambil apabila AHY tetap gagal menjadi kepala daerah atau presiden.
Presiden? Iya, presiden. Saat menyampaikan pidato kekalahannya, para pendukung AHY terus meneriakkan yel-yel 'Agus Presiden'. Percaya diri berlebihan? Saya kira tidak. SBY disebut- sebut memang mempersiapkan AHY untuk bertarung di Pemilu Presiden 2019. Agar tidak terlalu hijau dan babak belur dihajar Jokowi atau Prabowo, AHY perlu memperdalam ilmu dengan menjadi kepala daerah.
Pertanyaannya, setelah nyata-nyata gagal di Jakarta, daerah mana lagi yang memungkinkan bagi AHY untuk mengadu peruntungan? Tentunya harus daerah besar dan ada tiga daerah yang memenuhi kualifikasi ini. Yakni Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.
Jawa Timur merupakan kampung SBY. Tepatnya Pacitan. SBY lahir di sini. Sebesar apa peluang AHY? Boleh dibilang kecil. SBY memang lahir di Pacitan, namun akarnya tidak kuat. Apalagi AHY bakal berhadapan dengan figur-figur yang justru punya massa yang solid dan militan.
Ada Saifullah Yusuf yang sekarang menjabat wakil gubernur. Ada Tri Rismaharini Walikota Surabaya yang fenomenal. Ada Eddy Rumpoko mantan Wali Kota Batu, Abdul Halim Iskandar pentolan PKB yang juga Ketua DPRD Jawa Timur, dan kemungkinan ada juga Khofifah Indar Pawansa, Menteri Sosial yang merupakan muslimah NU yang bisa mendapat banyak dukungan dari warga Nahdliyin.
Di Jawa Barat juga sangat berat. AHY dilahirkan di Bandung, 10 Agustus 1978. Namun sekali lagi, dia cuma "numpang" lahir di sini. Akarnya tidak kuat dan lawan-lawan yang bakal dihadapinya pun kelas berat semua.
Ada Deddy Mizwar yang wakil gubernur, ada Dedi Mulyadi yang Bupati Purwakarta, dan Bima Arya yang Walikota Bogor. Belum lagi kalau ternyata Ridwan Kamil ikut maju. Soal rasionalitas, warga Bandung boleh dikata mirip Jakarta. Jika dihadapkan bermuka-muka, apa keunggulan yang bisa membuat warga Bandung lebih memilih AHY ketimbang Ridwan Kamil?
Jadi yang tersisa tinggal Sumatera Utara. Persoalannya, apakah Gubernur Sumatera Utara bisa diandalkan sebagai modal untuk jadi presiden? Saya kira tidak. Lagipula, jika pun memaksa bertarung, AHY tetap berat untuk menang. Sentimen kedaerahan di Sumatera Utara sangat tinggi. Ahok saja tak laku di sini.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ahy2_20170216_170855.jpg)