Ngopi Sore
Pak Habib Tak Bisa Ngetweet Lagi
Ketiga akun yang diblokir memiliki banyak pengikut. Ribuan pengikut. Terutama akun @syihabrizieq milik Habib Rizieq Shihab.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Mungkin memang tidak. Sebagai organisasi yang dihuni banyak orang pintar, FPI pasti menyadari betul betapa di hari-hari ini media sosial telah menjelma urat nadi kehidupan. Sudah menjadi kebutuhan primer sebagaimana sandang dan pangan. Bagi organisasi dengan massa besar, level kebutuhan atasnya tentu juga semakin besar. Dan dibanding Facebook, terutama di kota-kota metropolitan seperti Jakarta, microblogging merupakan jawaban yang tepat untuk kampanye yang lebih cepat dan efektif.
Kita ingat bagaimana aksi-aksi unjuk rasa besar yang mengusung semangat 'Bela Islam' beberapa waktu lalu (dan direncanakan masih berkelanjutan) berawal dari pergerakan di akun-akun Twitter milik FPI yang telah diblokir tadi. Dari sejumlah cuitan, kalimat-kalimat sepanjang 140 character, tumbuh menjadi pergerakan yang berskala raksasa dan masif.
Pertanyaan di atas belum terjawab. Bagaimana setelah akunnya diblokir? Bagaimana setelah Pak Habib tak bisa ngetweet lagi? Saya tentu saja tidak tahu. Barangkali para ahli IT di FPI akan melapor dan memberi klarifikasi ke Twitter. Laporan dan klarifikasi merupakan langkah-langkah yang bisa ditempuh (dan memang disediakan oleh tiap media sosial) saat terjadi pemblokiran akun. Jika klarifikasi bisa menjawab masalah-masalah yang menyebabkan pemblokiran, biasanya, blokir akan dilepas.
Kalau gagal bagaimana? Apa boleh buat. Terpaksa bangun akun yang baru, atau pergi sepenuhnya dari Twitter dan beralih ke media sosial lain. Keduanya elegan. Yang tak elegan adalah pergi sembari teriak-teriak mengkambinghitamkan pihak lain. Menyalahkan pemerintah, menuding Jokowi, apalagi kalau sampai menyerukan boikot. Twitter bukan Sari Roti. Jika terjadi ini akan jebluk sekali.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/habib-twitter_20170117_184402.jpg)