Ngopi Sore
Aleppo, Twitter Bana al-Abed, dan Peluru dari Mevlut Altintas
Perang besar tidak selalu berawal dari titik nol. Seringkali justru melesat dari tempias persoalan lain.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Kelompok-kelompok yang berdiri di wilayah putih, hitam, dan abu-abu. Dan pemerintah Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad, calon dokter gigi yang dipanggil pulang dari Inggris lantaran Basil al-Assad, "putera mahkota" sebenarnya, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil, berada di tengah-tengahnya sebagai musuh bersama.
Dari sengketa demi sengketa ini api persoalan membesar dan melebar. Kekuatan-kekuatan utama di belahan dunia lain masuk ke Suriah dan mengambil posisi saling berseberangan. Apakah mereka menjadi pembela dan penentang Basil al-Assad? Sekilas pintas terlihat demikian. Namun tentunya tidak sesederhana itu. Politik kawasan teluk dan minyak, adalah hal-hal yang tak boleh diketepikan.
Sudah barang tentu banyak yang membantah. Sudah barang tentu banyak yang tetap bersikukuh mengatakan bahwa perang di Suriah merupakan perang dalam ruang lingkup yang sempit. Agama, yakni (upaya penegakan) khilafah versus (kolonialisme baru) kapitalisme. Islam lawan kafir yang dicampurtangani komunis.
Perkara kejanggalan bahwa kelompok pemberontak yang ditengarai sebagai ISIS justru dibantu Amerika dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat dan Turki, dan sebaliknya pasukan Pemerintah Suriah mendapatkan sokongan Rusia dan Iran, tak terlalu banyak dicermati dan jadi bahan telaah.
Lalu, sekonyong-konyong pada Selasa pagi, 20 Desember 2016, Andrei Karlov ditembak mati. Andrei Korlov, Duta Besar Rusia untuk Turki, ditembak mati saat menghadiri pameran lukisan di galeri yang terletak di jantung Ankara. Penembaknya Mevlut Mert Altintas, lelaki 22 tahun yang bekerja sebagai polisi. Dia warga negara Turki. Usai menembak, Melvut meneriakkan kata- kata yang diduga terkaitpaut dengan keterlibatan Rusia di Aleppo.

PENEMBAKAN Duta Besar Rusia di Ankara, Turki
Apa yang jadi alasan Mevlut Altintas menembak Korlov belum dikemukakan. Pastinya, baik pemerintah Rusia maupun Turki telah sama-sama memberikan keterangan yang dingin. Keterangan yang berupaya meredam lesatan syakwasangka dan curiga. Rusia dan Turki sama- sama bilang bahwa tindakan Melvut adalah provokasi.
Peperangan di Aleppo memang menyulut amarah siapapun yang masih punya perasaan. Nurani pasti terusik. Pembunuhan dalam perang mungkin legal. Tetapi pembunuhan warga sipil dalam perang setara dengan pembunuhan berencana dan atas alasan apapun tidak dapat dibenarkan.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/alepppoooo4_20161220_184953.jpg)