Pertanian Terancam Gagal Panen, Dampak Musim Kemarau Berkepanjangan di Dairi
Kata Robot, di sana para petani kubis berupaya agar tidak gagal panen dengan cara menyiram tanaman sore hari.
Penulis: Alvi Syahrin Najib Suwitra | Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN-MEDAN.com, SIDIKALANG - Musim kemarau yang melanda Kabupaten Dairi berpotensi membuat beberapa hasil pertanian gagal panen. Hal itu diungkap Kadis Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dairi, Robot Simanullang saat dikonfirmasi di kantornya, Rabu (30/7/2025).
Kata Robot, beberapa hasil pertanian seperti jagung, dan tanaman hortikultura seperti kubis, cabai, dan lainnya terkena dampak, dan berpotensi mengurangi hasil pertanian.
"Ya musim kemarau yang berkepanjangan ini, tentunya berdampak kepada peningkatan hasil produksi pertanian. Beberapa petani sudah mengeluhkan kepada kita, hampir semua sebenarnya tetapi yang berdampak petani jagung dan hortikultura, " ujar Robot.
Baca juga: Musim Kemarau Panjang di Kawasan Danau Toba, Modifikasi Cuaca Berlangsung Sepekan
Robot juga mengaku sudah menerima informasi dari beberapa petani yang mengalami gagal panen. Namun, saat ini pihaknya masih melakukan pendataan berapa hektare jagung yang mengalami gagal panen.
"Ini sedang didata oleh penyuluh, dan apabila memang terjadi gagal panen, maka kita akan berupaya jalin komunikasi dengan pemerintah provinsi atau pun pemerintah pusat manakala bisa dibantu sekedar meringankan saja," katanya.
Ia sudah mencoba mengecek langsung hasil pertanian khususnya yang berada di Kecamatan Parbuluan. Kata Robot, di sana para petani kubis berupaya agar tidak gagal panen dengan cara menyiram tanaman sore hari.
"Kubis dan tomat yang paling berpotensi gagal panen. Namun mereka melakukan penyiraman pada sore hari. Mereka menyiramnya pukul 5 sore saat matahari terbenam. Sehingga air yang disiram itu bisa menyerap ke dalam tanah, sehingga tidak mati tanaman itu. Karena memang harga kubis sedang mahal yakni Rp 3 ribu per kilogram, " terang Robot.
Mantan Camat Sidikalang itu juga menyebut air di saluran irigasi mengalami penurunan debit, sehingga Robot pun meminta kepada masyarakat dan pemerintah setempat untuk menggunakan air dengan bijak.
"Saya sudah minta agar pembagian air dilakukan secara bergiliran. Khususnya irigasi yang ada di Kecamatan Lae Parira, dan Sumbul. Saya juga sudah meminta kepada camat dan kepala desa, agar memanggil para tokoh untuk menyepakati pembagian air, agar tidak ada gagal panen di sawah," jelasnya.
Robot pun yakin bahwa dalam waktu dekat akan segera turun hujan. Pasalnya, beberapa bantuan bibit jagung dan padi yang sebelumnya sudah diberikan, tidak dapat ditanam karena takut gagal panen.
"Seharusnya di awal bulan ini sudah ditanam, namun karena belum ada hujan, itu terpaksa ditunda dulu. Sampai nanti turun hujan paling tidak selama 2 hari. Apalagi saat ini kita sedang mengejar swasembada pangan," ungkapnya.
Ia pun mengimbau kepada para petani untuk bisa merawat bumi dengan menanam tanaman yang bisa menyerap air. Sehingga, saat terjadi musim kemarau, mereka bisa memiliki cadangan air yang cukup.
"Kita mengimbau kepada petani, untuk merawat bumi. Apa saja tanaman lah, yang penting produktif tapi bisa menahan air," tutupnya.
| Musim Kemarau Panjang, Warga Juhar Gelar Ritual Erlau-lau Berharap Hujan |
|
|---|
| Warga Terdampak Kemarau di Samosir Terabaikan, Rapidin Pulang Pimpin Distribusi Air Hingga Malam |
|
|---|
| Samosir Darurat Air Bersih, PDI Perjuangan Sumut Bergerak Cepat Membantu Warga Hingga Pelosok |
|
|---|
| Kemarau Tiba, Rapidin Pulang: Jangan Biarkan Warga Samosir Menunggu Air Bagai Mengemis Belas Kasihan |
|
|---|
| Sumatera Utara Berpotensi Alami Musim Kemarau 2025, Ini yang Mesti Diwaspadai |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ilustrasi-kemarau-parah.jpg)