Sekolah Rakyat di Sumut

SRMP II Sentra Bahagia Medan Terapkan Pembelajaran Digital

Maragoti, Kepala SRMP II Sentra Bahagia, menjelaskan Sekolah juga menerapkan kurikulum berstandar nasional.

|
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH RAKYAT- Sejumlah orangtua menemani siswa melakukan pendaftaran masuk di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 2, Sentra Bahagia, Medan, Senin (14/7/2025). Sebanyak 100 siswa SMP mulai masuk sekolah dan mengikuti belajar di Sekolah Rakyat Medan. 

Dari kejauhan seorang laki-laki yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam masuk ke ruangan kelas 7A Sekolah Rakyat Menengah Pratama (SRMP) II di Balai Sentra Bahagia Medan, Senin (14/7/2025).  

Saat masuk ke kelas, puluhan wali murid pun melihat dan meminta sang anak untuk duduk dengan rapi. 

Tak lama seorang laki-laki itu pun masuk sambil menyapa 30 siswa yang berada di kelas 7A.

"Pagi anak-anak, siapa yang sudah siap mengikuti Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) hari ini," ucap laki-laki tersebut.  

Ia pun menjelaskan sejumlah kegiatan yang akan dilakukan di sekolah rakyat ini. 

"Di sekolah rakyat ini lebih mantap pembelajarannya dari sekolah biasa. Di sini ada smart box dan papan tulisnya yang masih baru," tuturnya. 

Selain itu, Ia pun mengajak 30 siswa untuk perkenalan satu sama lain. 

"Mari perkenalkan diri masing-masing," jelasnya. 

Selang satu jam, ia pun keluar dari ruang kelas. Saat didekati Tribun Medan, ternyata laki-laki itu bernama Sangab, satu diantara guru yang berada di SRMP II itu.

Menurutnya, satu kebahagiaan bisa mengajar di sekolah rakyat ini.

Awalnya ia mengaku deg-degan mengajar di sini. Sebab, ini merupakan program khusus dari pemerintah pusat.

"Persiapan cukup panjang dari semalam. Kalau dibilang gak tidur adalah istirahat walaupun sebentar. Tadi juga sempat deg-degan sebentar sebelum mengajar. Karena mengajarnya sambil dilihat orang tua," jelasnya.

Namun meski sempat deg-degan, Sangab tetap antusias mengajar di hari pertama sekolah rakyat ini.

"Kalau di dunia pendidikan walau deg-degan tetap semangat karena tugas kita memang mengajar," jelasnya.

Menurutnya, awal ia memilih menjadi guru di sekolah rakyat karena panggilan hati.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved