TRIBUN WIKI

Apa Itu Kemarau Basah, Penyebab dan Dampaknya Bagi Pertanian

Kemarau basah adalah fenomena ketika musim kemarau yang biasanya identik dengan cuaca kering dan minim hujan, justru masih mengalami hujan.

Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Aktivitas warga saat banjir menggenangi permukiman padat penduduk di Jalan Langgar, Gg Jawa, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Senin (10/2/2025). Buruknya saluran drainase menjadi salah satu penyebab banjir usai hujan mengguyur. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melihat adanya kemunculan fenomena kemarau basah di beberapa wilayah Indonesia.

Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2025 mendatang.

Berangkat dari pengamatan BMKG tersebut, setelah melewati siklus kemarau basah itu, wilayah Indonesia akan memasuki masa pancaroba antara September hingga November 2025.

Baca juga: Mengenal Kampung Adat Ratenggaro dengan Wisata Budaya, Sejarah dan Alam, Kini Viral Karena Pungli

Dikutip dari Kompas.com, setelah musim pancaroba, Indonesia akan memasuki musim hujan di Desember 2025 hingga Februari 2026.

Lalu, apa sih sebenarnya kemarau basah ini?

Penjelasan Kemarau Basah dan Penyebabnya

Kemarau basah adalah fenomena ketika musim kemarau yang biasanya identik dengan cuaca kering dan minim hujan, justru masih mengalami hujan secara berkala dengan intensitas yang relatif tinggi meskipun frekuensi hujannya menurun dibanding musim hujan.

Jadi, kemarau basah bukanlah musim hujan yang datang terlambat, melainkan musim kemarau yang tetap diwarnai oleh hujan dan kelembapan udara yang cukup tinggi.

Baca juga: Mengenal Rekening Dormant yang Diblokir oleh PPATK, Begini Cara Mengembalikannya

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebut fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer dan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca di Indonesia.

“Kemarau basah adalah fenomena tidak biasa yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak stabil,” kata Guswanto dikutip dari Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

Suhu muka laut di perairan Indonesia yang menghangat menyebabkan peningkatan penguapan dan pembentukan awan hujan di wilayah tersebut.

Hal ini meningkatkan peluang terjadinya hujan meskipun sudah memasuki musim kemarau.

Baca juga: Mengenal Bakteri Salmonella Typhosa dan E.Coli yang Diduga Menjadi Penyebab Keracunan MBG Bogor

Kemudian, faktor lain yang menyebabkan kemarau basah ini karena massa udara yang biasanya membawa udara kering dari Australia ke Indonesia melemah, sehingga uap air tidak terdorong ke utara/daratan Asia dan justru tertahan di atas Indonesia, menyebabkan curah hujan tetap tinggi.

Lalu, fenomena atmosferik seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator juga bisa menjadi penyebab kemarau basah ini.

Gelombang atmosfer ini memicu terbentuknya awan hujan, meski seharusnya sudah musim kering, sehingga menyebabkan hujan deras di sore atau malam hari.

Baca juga: Mengenal Biksu Thudong yang Lakukan Perjalanan Ribuan Kilometer Menuju Borobudur Indonesia

Dampak yang Ditimbulkan

Ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan akibat fenomena kemarau basah ini.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved