TRIBUN WIKI
Mengenal Biksu Thudong yang Lakukan Perjalanan Ribuan Kilometer Menuju Borobudur Indonesia
Biksu thudong adalah biksu yang menjalani ritual thudong, yaitu tradisi kuno Buddhis berupa perjalanan spiritual dengan jalan kaki cukup jauh.
TRIBUN-MEDAN.COM,- Pernahkah kalian mendengar tentang biksu thudong?
Ya, biksu thudong bukanlah nama orang, melainkan istilah untuk biksu yang menjalani ritual thudong.
Thudong adalah tradisi spiritual dalam ajaran Buddha, berupa perjalanan jauh dengan berjalan kaki ribuan kilometer sebagai latihan keras (dari bahasa Pali "dhutanga") untuk melatih kesabaran, kesederhanaan, dan meditasi sambil mendekatkan diri ke alam.
Jadi, biksu thudong berarti biksu yang sedang melaksanakan perjalanan spiritual thudong, bukan nama pribadi atau gelar khusus.
Baca juga: Mengenal Hujan Meteor Eta Aquarids yang Bisa Diamati dari Langit Indonesia
Dikutip dari National Geograpghic, sebagai ritual, thudong melibatkan pelaksanaan 13 praktik pertapaan yang diajarkan oleh Sang Buddha, seperti hidup sederhana, puasa, meditasi intensif, dan mengandalkan sedekah dari masyarakat selama perjalanan.
Para biksu biasanya berjalan kaki tanpa membawa banyak bekal atau uang, bergantung pada dukungan umat dan masyarakat yang ditemui.
Pelaksanaan thudong juga menekankan meditasi berjalan, menjaga keheningan, pengendalian diri, dan menghindari tiga dosa utama dalam Buddhisme: keinginan, kemarahan, dan kebodohan.
Ritual ini bertujuan untuk melatih disiplin, memperdalam praktik spiritual, dan mencapai kondisi meditasi yang lebih dalam.
Baca juga: Mengenal Internet 10G yang Baru Saja Diluncurkan China, Ini Keunggulannya
Thudong merupakan tradisi kuno yang sudah ada sejak zaman Sang Buddha, saat para bhikkhu belum memiliki vihara dan harus berpindah-pindah untuk menyebarkan ajaran.
Kini, thudong tetap dilestarikan sebagai bentuk latihan spiritual dan penghormatan terhadap tradisi, meskipun rute dan durasinya dapat disesuaikan dengan kondisi modern.
Singkatnya, thudong adalah ritual perjalanan spiritual berjalan kaki yang menggabungkan latihan pertapaan, meditasi, dan hidup sederhana untuk mendekatkan diri pada ajaran Buddha dan mencapai pencerahan.
Baca juga: Mengenal Pohon Matoa, Tanaman Tropis yang Menghasilkan Buah Memiliki Daging Seperti Leci
Perbedaan dengan Biksu Lainnya
| Bhiksu Thudong | Bhiksu Lainnya (Monastik Reguler) |
|---|---|
| Menjalani praktik pertapaan dan pengembaraan, hidup nomaden dan sering di alam terbuka | Umumnya tinggal menetap di vihara/biara dan menjalankan rutinitas monastik |
| Melaksanakan 13 praktik dhutanga secara penuh, termasuk hidup minimalis dan meditasi di perjalanan | Tidak semua menjalankan praktik dhutanga; lebih fokus pada ibadah, belajar, dan pelayanan di komunitas |
| Bergantung sepenuhnya pada derma selama perjalanan dan tidak membawa bekal | Biasanya kebutuhan sehari-hari tercukupi di vihara melalui dukungan umat |
| Praktik ini bersifat sukarela dan hanya dilakukan oleh biksu yang telah bersumpah sebagai pengembara (biksu Aranyaka) | Tidak semua biksu diwajibkan atau mampu melakukan thudong |
Datang ke Indonesia
Pada 6 Mei 2025, 36 biksu thudong dari Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Amerika tiba di Kota Semarang, Indonesia.
Mereka mengunjungi sejumlah tempat, seperti Kantor Kecamatan Tugu, Queen City Mall, hingga Masjid Agung Kauman Semarang.
Kunjungan ini bagian dari perjalanan spiritual para biksu menuju peringatan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur.
Baca juga: Mengenal Paskah Yahudi yang Berbeda dari Paskah Kristen, Ada Tradisi Makan Roti Tidak Beragi
Nantinya, mereka akan mengadakan ritual doa di Candi Borobudur.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/biksu-thudong-di-jateng.jpg)