Binjai Terkini

Dugaan Malapraktik di RSUD Djoelham, Anak Korban Surati Inspektorat dan Wali Kota Binjai

Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu.

|
TRIBUN MEDAN/ANIL RASYID
KELUARGA KORBAN - Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu terus mencari dan menuntut keadilan, Kamis (27/2/2025). Tiopan masih tak terima atas wafat ibu kandungnya R Br Ketaren. 

Saat nyawa ibunya melayang, Tiopan sedang di luar. 

"Saya lagi di luar memang untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter ibu saya sudah bisa pulang, tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal," ujar Tiopan.

Kabar itu direspon cepat Tiopan dengan balik kanan ke RSUD Djoelham. Setibanya di sana, ia melihat satu mobil pemadam kebakaran yang mengulurkan selang ke dalam rumah sakit.

Tiopan melihat petugas pemadam saat itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD). 

"Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan "no water", ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah," ujar Tiopan. 

"Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu," sambungnya. 

Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya. 

"Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian," kata Tiopan. 

Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius. 

"Dan sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya," tambahnya. 

Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu. 

"Di mana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1x24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau," kata Tiopan.

(cr23/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved