Binjai Terkini
Dugaan Malapraktik di RSUD Djoelham, Anak Korban Surati Inspektorat dan Wali Kota Binjai
Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, BINJAI - Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu terus mencari dan menuntut keadilan.
Tiopan masih tak terima atas wafat ibu kandungnya R Br Ketaren.
Bahkan Tiopan sudah menyurati Inspektorat Binjai, mendatangai Kantor Pemerintah Kota (Pemko) dan Komisi B DPRD Binjai agar dapat menggelar rapat dengar pendapat (TDP) atas kematian ibunya.
Bahkan tak hanya itu, ia meminta DPRD Kota Binjai menyikapi persoalan lainnya di RSUD Djoelham. Mulai dari pelayanan yang buruk, sikap petugas yang cuek hingga kondisi air yang buruk.
Setelah menyurati Inspektorat Binjai, Tiopan juga mendatangi Balai Kota dan masuk ruang wali kota. Dia menyampaikan aduan kepada wali kota terkait dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham.
"Hari ini kami mendatangi Kantor Inspektorat Binjai agar dapat melakukan sidak ke RSUD Djoelham terkait dengan fasilitas dan diminta untuk menyita atau menduplikatkan rekaman CCTV pada bagian depan pintu masuk dan keluar serta CCTV pada pintu masuk ruang cuci darah atau ruang HD sejak hari Sabtu (15/2/2025)," ujar Tiopan di Kantor Pemerintah Kota (Pemko) Binjai, Rabu (5/3/2025).
"Kami menduga ada kelalaian atas ketidaktersediaan air pada saat cuci darah ibunda tercinta kami, dan ada mobil BPBD atau mobil pemadam kebakaran BK 8095 R," sambungnya.
Selain dugaan malapraktik, Tiopan juga menyoroti fasilitas di rumah sakit tersebut.
Terlebih lagi, rumah sakit itu merupakan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan publik.
"Air di rumah sakit itu warnanya kuning, kemudian wastafel tidak ada airnya, cuma wastafel saja. Jika memang kalau tidak layak operasional, maka lebih baik ditutup saja RSUD Djoelham daripada banyak korban yang lain," ujar Tiopan.
Pasca wafat ibunya, Tiopan juga menyurati RSUD Djoelham. Oleh menejemen rumah sakit pemerintah itu, memberi jawaban secara tertulis.
Namun, Tiopan tidak puas dengan jawaban tertulis itu dan buntutnya menyurati Inspektorat hingga Wali Kota Binjai.
Diketahui, ibu Tiopan berusia 75 tahun, meninggal dunia ketika menjalani cuci darah kedua di RSUD Djoelham.
Almarhumah ibundanya masuk ke RSUD Djoelham pada Sabtu (8/2/2025) kemarin. Kemudian menjalani cuci darah pertama pada Rabu (12/5/2025).
Lalu lanjut cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025). Ketika cuci darah kedua ini, terjadi peristiwa yang diduga akibat kelalaian dan berujung dugaan malapraktik.
Saat nyawa ibunya melayang, Tiopan sedang di luar.
"Saya lagi di luar memang untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter ibu saya sudah bisa pulang, tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal," ujar Tiopan.
Kabar itu direspon cepat Tiopan dengan balik kanan ke RSUD Djoelham. Setibanya di sana, ia melihat satu mobil pemadam kebakaran yang mengulurkan selang ke dalam rumah sakit.
Tiopan melihat petugas pemadam saat itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD).
"Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan "no water", ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah," ujar Tiopan.
"Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu," sambungnya.
Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya.
"Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian," kata Tiopan.
Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius.
"Dan sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya," tambahnya.
Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.
"Di mana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1x24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau," kata Tiopan.
(cr23/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Pasar Tavip Kota Binjai Belum Juga Dihuni Pedagang, Jiji: Capek Merepet, Bibir Kita Sudah Dower |
|
|---|
| Nekat Edarkan Sabusabu, Warga Medan Amplas Diringkus Polisi di Kota Binjai |
|
|---|
| 2 Pria di Kota Binjai Diringkus, Polisi Sita 6,64 Gram Sabu yang Disimpan di Kotak Obat |
|
|---|
| Jaksa di Binjai Diduga Minta Uang Rp 20 Juta ke Keluarga Terdakwa dan Janjikan Hukuman Ringan |
|
|---|
| Aksi Pencurian Sepeda Motor di Binjai Terekam CCTV, Pelaku Ditangkap di Medan Sunggal |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.