Breaking News

Binjai Terkini

Dugaan Malapraktik di RSUD Djoelham, Anak Korban Surati Inspektorat dan Wali Kota Binjai

Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu.

|
TRIBUN MEDAN/ANIL RASYID
KELUARGA KORBAN - Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu terus mencari dan menuntut keadilan, Kamis (27/2/2025). Tiopan masih tak terima atas wafat ibu kandungnya R Br Ketaren. 

TRIBUN-MEDAN.com, BINJAI - Keluarga korban dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, saat menjalani cuci darah beberapa waktu lalu terus mencari dan menuntut keadilan. 

Tiopan masih tak terima atas wafat ibu kandungnya R Br Ketaren. 

Bahkan Tiopan sudah menyurati Inspektorat Binjai, mendatangai Kantor Pemerintah Kota (Pemko) dan Komisi B DPRD Binjai agar dapat menggelar rapat dengar pendapat (TDP) atas kematian ibunya. 

Bahkan tak hanya itu, ia meminta DPRD Kota Binjai menyikapi persoalan lainnya di RSUD Djoelham. Mulai dari pelayanan yang buruk, sikap petugas yang cuek hingga kondisi air yang buruk. 

Setelah menyurati Inspektorat Binjai, Tiopan juga mendatangi Balai Kota dan masuk ruang wali kota. Dia menyampaikan aduan kepada wali kota terkait dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham.

"Hari ini kami mendatangi Kantor Inspektorat Binjai agar dapat melakukan sidak ke RSUD Djoelham terkait dengan fasilitas dan diminta untuk menyita atau menduplikatkan rekaman CCTV pada bagian depan pintu masuk dan keluar serta CCTV pada pintu masuk ruang cuci darah atau ruang HD sejak hari Sabtu (15/2/2025)," ujar Tiopan di Kantor Pemerintah Kota (Pemko) Binjai, Rabu (5/3/2025). 

"Kami menduga ada kelalaian atas ketidaktersediaan air pada saat cuci darah ibunda tercinta kami, dan ada mobil BPBD atau mobil pemadam kebakaran BK 8095 R," sambungnya. 

Selain dugaan malapraktik, Tiopan juga menyoroti fasilitas di rumah sakit tersebut. 

Terlebih lagi, rumah sakit itu merupakan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan publik. 

"Air di rumah sakit itu warnanya kuning, kemudian wastafel tidak ada airnya, cuma wastafel saja. Jika memang kalau tidak layak operasional, maka lebih baik ditutup saja RSUD Djoelham daripada banyak korban yang lain," ujar Tiopan. 

Pasca wafat ibunya, Tiopan juga menyurati RSUD Djoelham. Oleh menejemen rumah sakit pemerintah itu, memberi jawaban secara tertulis.

Namun, Tiopan tidak puas dengan jawaban tertulis itu dan buntutnya menyurati Inspektorat hingga Wali Kota Binjai

Diketahui, ibu Tiopan berusia 75 tahun, meninggal dunia ketika menjalani cuci darah kedua di RSUD Djoelham.

Almarhumah ibundanya masuk ke RSUD Djoelham pada Sabtu (8/2/2025) kemarin. Kemudian menjalani cuci darah pertama pada Rabu (12/5/2025).

Lalu lanjut cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025). Ketika cuci darah kedua ini, terjadi peristiwa yang diduga akibat kelalaian dan berujung dugaan malapraktik.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved