Ngopi Sore

Apa Kesamaan Mas Anies dan Manchester United?

Apalah yang bisa dilakukan Manchester United dalam tiga menit jika sepanjang 90 menit mereka keteteran?

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ayu Prasandi
HO
Anies dan Sir Alex Ferguson 

TRIBUN-MEDAN.com - Stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol, 26 Mei 1999. Sudah sampai di menit 90 dan wasit Pierluigi Colina, memberi tambahan waktu tiga menit.

 Skor belum berubah, Manchester United 0, Bayern Munchen 1.

Apalah yang bisa dilakukan Manchester United dalam tiga menit jika sepanjang 90 menit mereka keteteran? Di tepi lapangan, para pemain Munchen memamerkan raut tak sabar.

Mereka tersenyum lebar. Di tribun, ribuan suporter mereka bersikap serupa. Mereka jejingkrakan sembari meletupkan yel-yel kemenangan.

Namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Dua tendangan penjuru David Beckham, yang disambar Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer, berbuah gol. Sheringham di menit 91 dan Ole menit 93.

Skor berbalik dan Manchester United membawa pulang tropi Liga Champions.

“Football bloody hell. Hanya tiga menit, tapi kami melihatnya sebagai harapan, dan kami tidak menyerah. Sama sekali tidak,” kata Sir Alex Ferguson.

Sir Alex, pelatih Manchester United, tidak sedang bicara keajaiban. Cara pasukannya memandang dan mengelola harapan memang menakjubkan. Sebelum di Munchen mereka telah berkali-kali menunjukkannya.

Tertinggal satu gol, dua gol, tiga gol, kerap dapat mereka kejar, bahkan lewati. Kecenderungan yang akhirnya mencuatkan satu idiom: melawan Manchester United, jangan pernah merasa menang sebelum pluit panjang ditiupkan.

Hari ini, setelah kurang lebih 25 tahun berlalu, ada lagi yang menyinggung peristiwa itu. Pemantiknya adalah Anies Baswedan.

Upaya Anies untuk mencari perahu yang bisa membawanya berlayar di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Jakarta 2024, dianalogikan dengan laga klasik bersejarah tersebut.

Anies disamakan dengan Manchester United yang tak patah arang walau berkali-kali terhantam, tersengal, babak belur, dan hanya punya waktu tiga menit untuk selamat.

Posisi Anies, setidaknya sampai Kamis sore, 29 Agustus, memang benar-benar terdesak. Harapannya sudah berkali-kali kandas. Dua partai yang mendukungnya habis-habisan di Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) pergi menjauh. Tidak ada Nasional Demokrat (NasDem).

 Tidak ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bos besar NasDem, Surya Paloh, secara terbuka menyebut Anies barangkali masih ada di “waktu lain”, tapi bukan di 2024. Pun PKS. Rekaman suara dalam drama tarik-ulur dukungan bocor di sejumlah platform media sosial dan jadi pembicaraan ramai.

Di lain sisi, Anies, berupaya mengelus-elus Gerindra dan Prabowo Subianto. Bilang Anies, dirinya merasa sangat terhormat apabila Gerindra, terkhusus Prabowo, bersedia menerima dirinya untuk bersilaturahmi.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved