Info Kesehatan

Mengenal Tumor Hipofisis, Berikut Gejala dan Cara Penyembuhannya

Gejalanya bervariasi bergantung pada jenis tumor dan area yang terlibat di sekitar kelenjar hipofisis.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Ilustrasi tumor 

Penderita tumor hipofisis sering datang dengan keluhan gangguan penglihatan bahkan kebutaan.

Keluhan lain terkait gangguan hormonal, nyeri kepala hebat, nyeri hebat di sekitar mata, gangguan pertumbuhan, seperti pembesaran wajah, tangan dan kaki yang sering disebut dengan istilah akromegali, gangguan mental seperti selalu merasa sedih tanpa penyebab yang jelas, dan banyak lagi gejala lainnya.

Untuk itu perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT Scan Kepala dan MRI otak, termasuk pemeriksaan darah dan urin untuk melihat kadar hormonal.

Bagaimana Penanganan Tumor Hipofisis?

Dalam artikelnya Marsal Risfandi, dari Departemen Ilmu Kesehatan THT-BKL dan Bedah Saraf, Divisi Skull Base Surgery, RS Murni Teguh Medan menjelaskan, tatalaksana tumor hipofisis dapat berupa pembedahan (operasi), radioterapi, medikamentosa (obat-obatan), atau kombinasi ketiganya.

Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk normalisasi sekresi hormon dan resolusi defisit neurologis (penurunan fungsi saraf) akibat tumor.

Sementara itu, operasi ditujukan untuk mengurangi penekanan (dekompresi) tumor terhadap otak dan saraf mata.

Endoscopic Skull Base Surgery (ESBS), Transsphenoid Approach (TSA) – Teknik Operasi Terkini.

"Operasi merupakan terapi utama untuk tatalaksana tumor hipofisis. Ada dua pendekatan, yakni kraniotomi dan transsphenoid. Keduanya bertujuan untuk mengangkat tumor," ujar Marsal.

Kraniotomi sering dilakukan pada tumor dengan ukuran yang sangat besar dan telah mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar.

Sementara itu, teknik transsphenoid untuk tumor dengan ukuran yang lebih kecil.

Pada suatu literatur, Eloy JA dkk. (2009) membandingkan kedua teknik operasi tersebut, tidak dijumpai perbedaan yang bermakna dari aspek survival, metastasis, dan angka komplikasi.

Namun, dengan teknik Endoscopic Skull Base Surgery (ESBS), Transsphenoid Approach (TSA), didapatkan kelebihan berupa singkatnya masa rawatan di ICU dan ruang rawat inap, kurangnya resiko dan banyaknya perdarahan pada saat operasi, cepatnya pemulihan dan tidak adanya bekas sayatan di wajah (sisi kosmetik yang lebih baik).

Selain itu, literatur lainnya, Abergel A dkk. (2012), membandingkan kedua teknik dari sisi kualitas hidup (sekresi nasal, perbaikan penglihatan, penciuman, nyeri, dan perubahan bentuk wajah). Teknik TSA menunjukkan angka kualitas hidup (quality of life) yang jauh lebih baik disbanding teknik kraniotomi.

Teknik TSA dilakukan oleh tim yang melibatkan dokter ahli THT dan Bedah Saraf.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved