Tribun Wiki

Sisingamangaraja XII, Raja Sekaligus Imam Parmalim yang Dibunuh Belanda

Sisingamangaraja XII adalah sosok raja sekaligus imam bagi masyarakat Ugamo Malim atau Parmalim

Editor: Array A Argus
INTERNET
Sisingamangaraja XII 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Sisingamangaraja XII, yang memiliki nama asli Patuan Besar Ompu Pulo Batu atau Patuan Bosar Sinambela adalah anak dari Sisingamangaraja XII, atau Raja Sohahuaon Sinambela.

Ia naik takhta menggantikan ayahnya pada 1876.

Selain menjadi seorang raja, Sisingamangaraja XII juga merupakan imam bagi masyarakat penganut Ugamo Malim atau Parmalim.

Sayangnya, Sisingamangaraja XII justru dibunuh oleh Belanda tahun 1907.

Baca juga: Raja Uti, Perintis Agama Parmalim di Tanah Batak

Arti Nama dan Kehidupan

Sisingamangaraja XII lahir di Bakkara, Tapanuli pada tahun 1849. 

Ia mendapat gelar Sisingamangaraja karena ini merupakan gelar dinasti keluarga Marga Sinambela, yang berarti "Raja Singa Agung". 

  1. Kehormatan Si dari bahasa Sansekerta Sri.
  2. Raja Agung (dari bahasa Sansekerta, maharaja).
  3. Singa, karena orang Batak melihat diri mereka dalam mitologi sebagai keturunan dari darah dewa. 

Baca juga: UAH Kupas Sejarah Bahai, Jelaskan Awal Mula Sosok Al Baha di Persia

Bagi masyarakat Ugamo Malim, Sisingamangaraja ini dianggap sebagai dewa dan titisan Batara Guru, Dewa Siwa versi Jawa.

Sisingamangarada sendiri diyakini memiliki kekuatan seperti kemampuan mengusir roh jahat, menurunkan hujan, dan mengendalikan penanaman padi. 

Mulanya, Sisingamangaraja XII tidak dilihat sebagai tokoh politik.

Tetapi, saat penjajah Belanda datang ke Sumatera Utara sejak 1850-an, ia bersama Sisingamangaraja XI mulai fokus melakukan perlawanan.

Baca juga: Kisah Santo Matias, Murid Yesus yang Gantikan Sosok Pengkhianat Yudas Iskariot

Perlawanan

Pada Februari 1878, Sisingamangaradja XII mengadakan upacara keagamaan untuk menggalang orang Batak di balik perang perlawanan melawan Belanda.

Pasukannya menyerang pos-pos Belanda di Bakal Batu, Tarutung, namun mengalami kekalahan.

Ia pun berkumpul kembali dan melancarkan serangan baru pada 1883-1884 dengan mendapat bantuan dari Aceh. 

Mereka menyerang Belanda di Uluan dan Balige pada Mei 1883, serta Tangga Batu pada 1884.

Baca juga: SOSOK Siti Walidah, Pahlawan Nasional Pendiri Aisyiyah Menentang Menyembah Matahari dan Kawin Paksa

Belanda sendiri menyiksa dan membunuh orang Batak yang diduga menjadi pengikut dari Sisingamangaradja XII. 

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved