Khazanah Islam
UAH Kupas Sejarah Bahai, Jelaskan Awal Mula Sosok Al Baha di Persia
Belakang soal aliran penganut Baha'i kembali jadi menimbulkan lagi pro kontra lama
TRIBUN-MEDAN.com - Belakang soal aliran penganut Baha'i kembali jadi pembahasan hingga menimbulkan lagi sejumlah tanda tanya.
Hal ini ditengarai beredarnya video Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang mengucapkan selamat hari raya kepada penganut Bahai. Video tersebut menimbulkan beragam tanda tanya masyarakat beragama.
Baca juga: Doa Nabi Zakaria Memohon Keturunan, Berdoa dengan Adab Suara Kelembutan
Tak sedikit orang awam, yang mengait-kaitkan Bahai sebagai bagian atau aliran agama tertentu. Alhasil banyak juga yang bertanya-tanya terkait Bahai.
Merujuk dari sosok alim yang di kepalanya hapalan Al Quran 30 jus beserta artinya, Ustaz Adi Hidayat (UAH) memberi penjelasan yang sangat tegas.
Baca juga: Baca Ayat Seribu Dinar, Bermakna Doa Diberi Rezeki dari Arah Tidak Disangka-sangka
UAH memberi penjabaran sejarah awal mula Bahai dijelaskan di saluran Youtube miliknya, Adi Hidayat Official. Dia membahas ranah ini bukan untuk mencela, berselisih atau berkata-kata yang tidak baik dan benar.
Menurut UAH, paham ini tumbuh kembang dimulai sosok Mirza Ali Muhammad Syairazi di Persia atau wilayah Iran saat ini pada awal abad ke-19 atau tahun 1819-1850 Masehi. Saat itu kepercayaan mayoritas penduduk Iran adalah Syiah Itsna Asyariyyah.
Baca juga: Bacaan Shalawat Menyembuhkan Sakit, Dijamin Ampunan Dosa, Dimudahkan Keluar dari Masalah
"Namun karena adanya suatu kondisi kegelisahan, masalah sosial hingga ekonomi, warga menginginkan adanya imam. Kemudian Mirza Ali Muhammad Syairazi mendeklarasikan diri sebagai Al Bab (imam/ penerus nabi)," katanya
Dia juga menyebut dirinya sebagai Al Bab sampai mengklaim diri seorang Nabi, memiliki kitab sendiri al-Bayan. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama hingga Mirza Ali dieksekusi pada 1850.
Baca juga: Petisi Blacklist Ayu Ting Ting Terus Bertambah, Karier Kena Imbas Tabiat Arogan Ortu dan Attitude?
"Dia melampau klaim sebagai Al Bab dengan mengaku nabi," katanya.
Setelah meninggalnya Mirza Ali, kemudian muncullah seorang Mirza Husain Ali Al Mazarandani yang mengusung konsep yang hampir sama dengan pendahulunya. Mirza Husain juga mengklaim dirinya sebagai Nabi dengan nama Al Baha.
Baca juga: Rezeki Mengalir Deras, Baca Surat Al Waqiah di Waktu Mustajab, Ini 10 Keutamaannya
"Dengan metodologi yang sama dia (Mirza Husain) mengklaim sebagai seorang nabi, pengganti (Mirza Ali). Dia juga membawa doktrin baru yang ajaran-ajarannya menghapuskan Al Babiyyah," jelasnya.
"Dimulailah konsepsi ajaran Mirza Husain Ali Al Mazandani yang menyebut dirinya dengan Baha. Pemahamannya disebut dengan Bahaiyyah, para pengikutnya disebut dengan nama Bahai," tambahnya.
Ustadz Adi menjelaskan Mirza Husain dalam merumuskan ajarannya mencampuradukkan berbagai ajaran-ajaran agama. Dalam praktik ibadahnya, pengikut Bahai disebut memiliki kesamaan dengan ritual Islam, Kristen, Budha hingga hindu.
"Ibadahnya ada seperti Islam, cuma tiga waktu dan masing-masing 3 rakaat saja dalam satu hari (pagi siang dan sore). Terus ada juga puasa, bagi usia 21 sampai 41 tahun. Kiblatnya juga bukan ke Mekkah, melainkan ke Haifah, hampir seperti satu jalur dengan aliran Ibrahimiyah. Jadi ada diambil ajaran Islam yang direkonstruksi," katanya.
UAH menyatakan, mengetahui hal ini disebut sebagai hal yang penting bagi Umat Islam sebagai wawasan atau ilmu dan menjaga tauhid serta aqidah. Dengan tegas menyatakan ajaran Baha'i berbeda jauh dari aqidah ajaran Islam.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ustadz-adi-hidayat-terbaru.jpg)