Catatan Sepak Bola
Mencintai Sepak Bola Indonesia adalah Sakit Hati yang Sengaja Dicari
Para penyerbu akun Ganjar juga menyinggung Pemilu 2024. Mereka mengklaim, Ganjar akan kehilangan suara dari para suporter sepak bola Indonesia.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Para penyerbu akun Ganjar juga menyinggung Pemilu 2024. Mereka menuliskan, oleh sebab Ganjar telah memupus mimpi Piala Dunia, maka mereka pun akan memupus mimpi Ganjar jadi presiden. Mereka mengklaim, Ganjar akan kehilangan suara dari para suporter sepak bola di seluruh Indonesia.
Klaim yang kedengaran berlebihan tapi pada dasarnya punya pijakan logika. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa Pemilu 2024 akan didominasi pemilih berusia di bawah 40 tahun. Jumlahnya mencapai 107 juta. Katakanlah 50 persen saja dari pemilih kelompok ini merupakan suporter bola, dan "ancaman" tadi benar-benar mereka wujudkan, maka peluang Ganjar untuk jadi presiden memang potensial tertutup.
Di media sosial juga, ada yang mengingatkan soal sifat pemaaf orang Indonesia. Jika seorang seperti Suharto yang telah menimbulkan kerusakan masif di berbagai sektor kehidupan dan tak kunjung terperbaiki sampai sekarang saja bisa dengan gampang dimaafkan [bahkan dipuja-puja], sebut mereka, konon pula Ganjar yang "cuma" bikin ulah soal sepak bola.
Barangkali kekhawatiran ini benar. Namun jangan lupakan perihal mimpi, dan mimpi yang dirusak lazimnya akan meninggalkan rasa sakit lebih lama.
Tak berselang lama setelah keputusan FIFA diumumkan, Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali memanggil skuat Tim Nasional U-20 Indonesia. Zainuddin bicara dengan nada suara bergetar. Mata Shin Tae-yong, pelatih kepala tim nasional, berkaca-kaca. Kepada wartawan dia mengaku sempat mengurung diri di kamar. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.
Pasukannya tak dapat menahan air mata. Mereka menangis. Hokky Caraka, Arkhan Fikri, menutupkan tangan ke wajah. Bahu mereka terguncang hebat. Nun di kampung halamannya di Tebingtinggi, Sumatra Utara, ibunda Arkhan Fikri juga menangisi impian anaknya yang pupus
John Lennon pernah menulis syair yang indah. You may say I am a dreamer, but am not the only one. Mimpi memang perkara personal. Namun dalam beberapa hal, mimpi bisa dilakukan secara berjamaah. Satu di antaranya sepak bola. Ada jutaan mimpi yang sama untuk sepak bola Indonesia. Mimpi yang sebenarnya tidak muluk-muluk amat. Mimpi yang sekadar belaka. Sekadar bermain di piala dunia tanpa berharap juara.
Mimpi yang ini telah dirusak, dihancurkan sampai berkeping-keping oleh segelintir orang yang sungguh egois dan keras kepala, termasuk Ganjar.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/kasihan-indon.jpg)