Catatan Sepak Bola
Mencintai Sepak Bola Indonesia adalah Sakit Hati yang Sengaja Dicari
Para penyerbu akun Ganjar juga menyinggung Pemilu 2024. Mereka mengklaim, Ganjar akan kehilangan suara dari para suporter sepak bola Indonesia.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
RABU, 29 Maret 2023 menjadi hari yang sedih bagi sepak bola Indonesia. FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Lobi-lobi yang coba dilakukan oleh Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, mentah. FIFA, lewat suratnya, menyebut Indonesia tidak siap sebagai penyelenggara.
Setidaknya ada dua poin penting dalam surat itu. Pertama, FIFA menekankan kembali perihal tragedi kerusuhan Kanjuruhan yang mengakibatkan 135 nyawa melayang.
FIFA menulisnya dalam satu kalimat panjang: FIFA would like to underline that dispite this decision, it reamins commited to actively assisting the PSSI, in close cooperation and with the support of government of Presiden Widodo, in the transformation process of Indonesian football following the tragedy that occurred in October 2022.
Kalimat ini saya kira bukan jadi alasan utama FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah. Kalimat ini hanya semacam penegasan, bahwa walaupun telah dibatalkan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia, dalam hal ini PSSI dibantu pemerintah, harus tetap berkomitmen untuk memperbaiki sepak bola nasional yang kupak-kapik pascatragedi Kanjuruhan [perhatikan sekali lagi kalimatnya: FIFA would like to underline that dispite this decision, it reamins commited to actively assisting the PSSI, in close cooperation and with the support of government of Presiden Widodo, in the transformation process of Indonesian football following the tragedy that occurred in October 2022].
Argumentasi lain kenapa tragedi Kanjuruhan bukanlah perkara yang jadi dasar FIFA menjatuhkan keputusan pahit ini adalah sikap FIFA sendiri. Persisnya, sikap mereka sebelumnya.
Sejak tragedi terjadi, Indonesia telah menunjukkan kesungguh-sungguhan untuk berbenah. Semua perintah FIFA dilaksanakan. Termasuk mengganti jajaran pimpinan PSSI lewat skema pemilihan yang demokratis. FIFA merespon positif. Mereka mengizinkan kompetisi kembali bergulir. Mereka mengizinkan Indonesia terlibat dalam dua pertandingan FIFA Matchday melawan Burundi. Mereka bahkan telah menjadwalkan sesi drawing Piala Dunia U-20 di Bali pada 31 Maret 2023.
Lantas apa alasan sesungguhnya? FIFA memang tidak memberi penjelasan panjang lebar, tapi barangkali satu kalimat lebih pendek di surat ini bisa dikedepankan sebagai jawaban. FIFA menulis, 'due to the current circumstances': mengacu pada keadaan saat ini.
Keadaan apa? Tiada lain dan tiada bukan tentu saja gelombang penolakan dari sejumlah pihak terhadap keikutsertaan Israel sebagai kontestan Piala Dunia U-20.
Warganet Indonesia yang super kreatif menyusun starting line up pihak-pihak yang melontar penolakan ini. Memakai skema 4-4-2, Gubernur Bali Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ditempatkan sebagai ujung tombak kembar. Duet striker, tukang gedor utama yang membuat penolakan yang tadinya berupa "riak-riak" meningkat jadi "huru-hara". Mengatasnamakan ajaran Bung Karno, komitmen politik Indonesia atas konflik Israel dan Palestina, serta tentu saja sikap dan pandangan Islam, keduanya dengan gagah berani berbicara lantang perihal penolakan.
Saya kira kita tak perlu mengulang-ulang berbagai ironisme yang bisa dicuatkan dari penolakan ini. Presiden Jokowi sudah menegaskan bahwa sikap politik Indonesia tidak berubah.
Pun –katakanlah– dalam Keislaman. Tim Nasional Israel mestinya datang ke Indonesia lantaran memang berhak untuk berada di kejuaraan ini berdasarkan mekanisme yang digariskan FIFA. Mereka bukan undangan. Mereka tidak diajak serta. Mereka adalah runner up 2022 UEFA European Under-19 Championship yang merupakan ajang kualifikasi zona Eropa, dan mereka datang dengan penyerang andalan bernama Ahmed Ibrahim Salman yang lahir di Jerussalem, dari ayah dan ibu pemeluk Islam.
Namun kita tahu FIFA akhirnya tetap sampai pada keputusan pahit itu, dan seperti biasa, Indonesia segera terbagi ke dalam dua kutub opini yang tajam. Satu pihak bersorak-sorai seraya mengucap syukur sedangkan pihak lain tenggelam dalam sedih.
Kutub sedih ini terbagi dua lagi yakni mereka yang menangis dan mereka yang kemudian meledakkan marah, dan kedua sama-sama menyerbu akun media sosial Wayan Koster dan Ganjar Pranowo. Mereka menyebut, mencintai sepak bola di Indonesia sangat berat. Mencintai sepak bola Indonesia adalah sakit hati yang sengaja dicari sebab memang nyaris selalu berujung pada kegagalan. Kali ini, kegagalannya tersebut bahkan jauh lebih menyakitkan.
Wayan Koster mematikan kolom komentar. Ganjar tidak, dan akibatnya dia dirujak. Para penyerbu menguliahinya perihal Pembukaan UUD 1945.
Mereka bilang, Pembukaan UUD 1945 jangan hanya dibaca pada alinea pertama tapi juga alinea keempat. Jangan setengah-setengah dalam memberi tafsir.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/kasihan-indon.jpg)