Catatan Sepak Bola

Mencintai Sepak Bola Indonesia adalah Sakit Hati yang Sengaja Dicari

Para penyerbu akun Ganjar juga menyinggung Pemilu 2024. Mereka mengklaim, Ganjar akan kehilangan suara dari para suporter sepak bola Indonesia.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP/HO/PSSI
MENANGIS - Pemain Tim Nasional U-20 Indonesia menangis saat bertemu Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali di Jakarta, Kamis (30/3/2023). Tim Nasional U-20 Indonesia dipastikan gagal tampil di Piala Dunia U-20 setelah FIFA memutuskan mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah. 

RABU, 29 Maret 2023 menjadi hari yang sedih bagi sepak bola Indonesia. FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Lobi-lobi yang coba dilakukan oleh Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, mentah. FIFA, lewat suratnya, menyebut Indonesia tidak siap sebagai penyelenggara.

Setidaknya ada dua poin penting dalam surat itu. Pertama, FIFA menekankan kembali perihal tragedi kerusuhan Kanjuruhan yang mengakibatkan 135 nyawa melayang.

FIFA menulisnya dalam satu kalimat panjang: FIFA would like to underline that dispite this decision, it reamins commited to actively assisting the PSSI, in close cooperation and with the support of government of Presiden Widodo, in the transformation process of Indonesian football following the tragedy that occurred in October 2022.

Kalimat ini saya kira bukan jadi alasan utama FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah. Kalimat ini hanya semacam penegasan, bahwa walaupun telah dibatalkan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia, dalam hal ini PSSI dibantu pemerintah, harus tetap berkomitmen untuk memperbaiki sepak bola nasional yang kupak-kapik pascatragedi Kanjuruhan [perhatikan sekali lagi kalimatnya: FIFA would like to underline that dispite this decision, it reamins commited to actively assisting the PSSI, in close cooperation and with the support of government of Presiden Widodo, in the transformation process of Indonesian football following the tragedy that occurred in October 2022].

Argumentasi lain kenapa tragedi Kanjuruhan bukanlah perkara yang jadi dasar FIFA menjatuhkan keputusan pahit ini adalah sikap FIFA sendiri. Persisnya, sikap mereka sebelumnya.

Sejak tragedi terjadi, Indonesia telah menunjukkan kesungguh-sungguhan untuk berbenah. Semua perintah FIFA dilaksanakan. Termasuk mengganti jajaran pimpinan PSSI lewat skema pemilihan yang demokratis. FIFA merespon positif. Mereka mengizinkan kompetisi kembali bergulir. Mereka mengizinkan Indonesia terlibat dalam dua pertandingan FIFA Matchday melawan Burundi. Mereka bahkan telah menjadwalkan sesi drawing Piala Dunia U-20 di Bali pada 31 Maret 2023.

Lantas apa alasan sesungguhnya? FIFA memang tidak memberi penjelasan panjang lebar, tapi barangkali satu kalimat lebih pendek di surat ini bisa dikedepankan sebagai jawaban. FIFA menulis, 'due to the current circumstances': mengacu pada keadaan saat ini.

Keadaan apa? Tiada lain dan tiada bukan tentu saja gelombang penolakan dari sejumlah pihak terhadap keikutsertaan Israel sebagai kontestan Piala Dunia U-20.

Warganet Indonesia yang super kreatif menyusun starting line up pihak-pihak yang melontar penolakan ini. Memakai skema 4-4-2, Gubernur Bali Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ditempatkan sebagai ujung tombak kembar. Duet striker, tukang gedor utama yang membuat penolakan yang tadinya berupa "riak-riak" meningkat jadi "huru-hara". Mengatasnamakan ajaran Bung Karno, komitmen politik Indonesia atas konflik Israel dan Palestina, serta tentu saja sikap dan pandangan Islam, keduanya dengan gagah berani berbicara lantang perihal penolakan.

UNJUK RASA - Sejumlah orang menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta, 20 Maret 2023, menolak keberadaan Tim Nasional Israel sebagai kontestan dalam Piala Dunia U-20 2023.
UNJUK RASA - Sejumlah orang menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta, 20 Maret 2023, menolak keberadaan Tim Nasional Israel sebagai kontestan dalam Piala Dunia U-20 2023. (AFP/ADEK BERRY)

Saya kira kita tak perlu mengulang-ulang berbagai ironisme yang bisa dicuatkan dari penolakan ini. Presiden Jokowi sudah menegaskan bahwa sikap politik Indonesia tidak berubah.

Pun –katakanlah– dalam Keislaman. Tim Nasional Israel mestinya datang ke Indonesia lantaran memang berhak untuk berada di kejuaraan ini berdasarkan mekanisme yang digariskan FIFA. Mereka bukan undangan. Mereka tidak diajak serta.  Mereka adalah runner up 2022 UEFA European Under-19 Championship yang merupakan ajang kualifikasi zona Eropa, dan mereka datang dengan penyerang andalan bernama Ahmed Ibrahim Salman yang lahir di Jerussalem, dari ayah dan ibu pemeluk Islam.

Namun kita tahu FIFA akhirnya tetap sampai pada keputusan pahit itu, dan seperti biasa, Indonesia segera terbagi ke dalam dua kutub opini yang tajam. Satu pihak bersorak-sorai seraya mengucap syukur sedangkan pihak lain tenggelam dalam sedih.

Kutub sedih ini terbagi dua lagi yakni mereka yang menangis dan mereka yang kemudian meledakkan marah, dan kedua sama-sama menyerbu akun media sosial Wayan Koster dan Ganjar Pranowo. Mereka menyebut, mencintai sepak bola di Indonesia sangat berat. Mencintai sepak bola Indonesia adalah sakit hati yang sengaja dicari sebab memang nyaris selalu berujung pada kegagalan. Kali ini, kegagalannya tersebut bahkan jauh lebih menyakitkan.

Wayan Koster mematikan kolom komentar. Ganjar tidak, dan akibatnya dia dirujak. Para penyerbu menguliahinya perihal Pembukaan UUD 1945.

Mereka bilang, Pembukaan UUD 1945 jangan hanya dibaca pada alinea pertama tapi juga alinea keempat. Jangan setengah-setengah dalam memberi tafsir.

Para penyerbu akun Ganjar juga menyinggung Pemilu 2024. Mereka menuliskan, oleh sebab Ganjar telah memupus mimpi Piala Dunia, maka mereka pun akan memupus mimpi Ganjar jadi presiden. Mereka mengklaim, Ganjar akan kehilangan suara dari para suporter sepak bola di seluruh Indonesia.

Klaim yang kedengaran berlebihan tapi pada dasarnya punya pijakan logika. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa Pemilu 2024 akan didominasi pemilih berusia di bawah 40 tahun. Jumlahnya mencapai 107 juta. Katakanlah 50 persen saja dari pemilih kelompok ini merupakan suporter bola, dan "ancaman" tadi benar-benar mereka wujudkan, maka peluang Ganjar untuk jadi presiden memang potensial tertutup.

Di media sosial juga, ada yang mengingatkan soal sifat pemaaf orang Indonesia. Jika seorang seperti Suharto yang telah menimbulkan kerusakan masif di berbagai sektor kehidupan dan tak kunjung terperbaiki sampai sekarang saja bisa dengan gampang dimaafkan [bahkan dipuja-puja], sebut mereka, konon pula Ganjar yang "cuma" bikin ulah soal sepak bola.

Barangkali kekhawatiran ini benar. Namun jangan lupakan perihal mimpi, dan mimpi yang dirusak lazimnya akan meninggalkan rasa sakit lebih lama.

Tak berselang lama setelah keputusan FIFA diumumkan, Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali memanggil skuat Tim Nasional U-20 Indonesia. Zainuddin bicara dengan nada suara bergetar. Mata Shin Tae-yong, pelatih kepala tim nasional, berkaca-kaca. Kepada wartawan dia mengaku sempat mengurung diri di kamar. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Pasukannya tak dapat menahan air mata. Mereka menangis. Hokky Caraka, Arkhan Fikri, menutupkan tangan ke wajah. Bahu mereka terguncang hebat. Nun di kampung halamannya di Tebingtinggi, Sumatra Utara, ibunda Arkhan Fikri juga menangisi impian anaknya yang pupus

GAGAL TAMPIL - Pemain dan ofisial Tim Nasional U-20 Indonesia menunjukkan gestur lesu saat bertemu Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali di Jakarta, Kamis (30/3/2023). Tim Nasional U-20 Indonesia dipastikan gagal tampil di Piala Dunia U-20 setelah FIFA memutuskan mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah.
GAGAL TAMPIL - Pemain dan ofisial Tim Nasional U-20 Indonesia menunjukkan gestur lesu saat bertemu Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali di Jakarta, Kamis (30/3/2023). Tim Nasional U-20 Indonesia dipastikan gagal tampil di Piala Dunia U-20 setelah FIFA memutuskan mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah. (AFP/HO/PSSI)

John Lennon pernah menulis syair yang indah. You may say I am a dreamer, but am not the only one. Mimpi memang perkara personal. Namun dalam beberapa hal, mimpi bisa dilakukan secara berjamaah. Satu di antaranya sepak bola. Ada jutaan mimpi yang sama untuk sepak bola Indonesia. Mimpi yang sebenarnya tidak muluk-muluk amat. Mimpi yang sekadar belaka. Sekadar bermain di piala dunia tanpa berharap juara.

Mimpi yang ini telah dirusak, dihancurkan sampai berkeping-keping oleh segelintir orang yang sungguh egois dan keras kepala, termasuk Ganjar.(t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved