Catatan Sepakbola

Liga 1 Masalah Liga 2 Berhenti, La Nyalla Mau Jadi Ketua Lagi: Kelucuan Manakah yang Kau Dustakan?

Jika demikian faktanya, kenapa PSSI berani mengatasnamakan klub kontestan untuk menghentikan kompetisi? Sampai di sini, muncul satu lawakan lagi.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Randy P.F Hutagaol
AFP PHOTO/ADEK BERRY
SUPORTER - Seorang suporter Tim Nasional Indonesia melumuri tubuhnya dengan cat berwarna merah dan putih pada laga putaran kedua Babak Final AFF Suzuki Cup 2010 versus Malaysia di Jakarta, 29 Desember 2010. Excecutive Committee (Exco) PSSI mewacanakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih Ketua Umum PSSI pada Februari mendatang. (Foto Dokumentasi). 

Namun yang mengagetkan, dan karenanya jadi lucu, seperti plot yang tiba-tiba berbelok, klub-klub lain yang ada tandatangannya di lembaran itu malah ramai-ramai bersuara, ikut menolak juga. Persela Lamongan, PSCS Cilacap, Persijap Jepara, dan Karo United. Di Instagram, Sulut United mengunggah video yang menyatakan mereka siap bermain dan ingin melanjutkan kompetisi.

Klub-klub ini membenarkan adanya rapat, tapi kala itu, keputusan bukanlah penghentian kompetisi. Melainkan mencari cara bagaimana agar kompetisi berlanjut dan bisa selesai sebelum Piala Dunia U-20. Ada usulan pengurangan pertandingan, ada penggunaan sistem bubble, dan beberapa yang lain, tapi tidak penghentian kompetisi.

Jika demikian faktanya, kenapa PSSI berani mengatasnamakan klub kontestan untuk menghentikan kompetisi? Sampai di sini, muncul satu lawakan lagi. Disebut-sebut, ada surat lain yang redaksionalnya berbeda, dan surat inilah yang tadinya diteken oleh para perwakilan klub yang hadir.

Surat yang berbeda ini juga beredar di media sosial. Bertanggal 20 Desember 2022 dan diteken Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) kepada PSSI, Ferry Paulus. Dalam surat ini tidak ada keputusan. Hanya menyampaikan hasil rapat para perwakilan klub (digelar di Hotel Sultan Jakarta pada 14 Desember 2022), dengan dua opsional yakni menggelar kembali kompetisi dengan sistem bubble atau menghentikan kompetisi.

Walau redaksionalnya berbeda, apabila ditelaah lebih jauh, surat ini pun pada dasarnya rancu juga. Tiga poin bertolak belakang satu sama lain. Poin pertama, PT LIB hendak melanjutkan kompetisi dengan format home and away (dimulai Januari berakhir April). Poin dua, opsional dari perwakilan klub: melanjutkan kompetisi dengan sistem bubble atau menghentikan kompetisi. Poin tiga, PT LIB, dikarenakan keterbatasan biaya, tidak dapat melanjutkan kompetisi dengan sistem bubble.

Lucu sekali bukan? Namun ini belum seberapa. Di tengah silang sengkarut yang makin membelit, tiba-tiba datang La Nyalla Mattalitti. Mantan Ketua Umum PSSI di masa-masa paling suram bagi sepak bola Indonesia ini datang lagi dan melontar keinginan untuk kembali ke kursi pimpinan.

La Nyalla telah mengoceh ini dan itu. Membandingkan masa kepemimpinannya yang meriah dan dipenuhsesaki gontok-gontokan dengan masa Iwan Bule. Ia juga menyampaikan visi dan misi, termasuk menyangkut nasib Shin Tae-yong sekiranya kelak dia terpilih.

Atas ini, media sosial tentu saja langsung ramai. Ada yang mengejek. Ada yang menghujat. Saya tidak. Saya punya pendapat lain. Ada satu kalimat menarik dari Forrest Gump, film yang tidak “komedi-komedi banget” tapi lucu: ‘stupid is as stupid does’. Kurang lebih maknanya, ‘jangan menilai dari penampilan, tapi dari tindakan’. Tentu saja, untuk sepak bola Indonesia, wa bil khusus untuk PSSI, kalimat ini tidak berlaku.

They are definitely stupid. (t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved