Ngopi Sore
Jika Anies Baswedan Berfoto Membaca Buku Enny Arrow, Apakah Ia Lantas Dianggap Cabul?
Sejumlah ahli tafsir medsos menyebut foto Anies merupakan simbolisme keberpihakan kepada kelompok yang ingin menyingkirkan demokrasi dari Indonesi
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Saya kira tidak. Saya kira, jangankan orang-orang Indonesia, alien dari Uranus dan Neptunus juga tahu Anies Baswedan adalah sosok pintar dan serius. Ia akademisi, pernah jadi rektor, pernah pula jadi menteri. Santan kata, riwayat kepintaran dan keseriusannya telah membentang panjang dan rasa-rasanya tidak perlu lagi ditegaskan lewat foto membaca buku.
Apalagi, Anies bukan baru sekali dua kali mengunggah foto dirinya sedang membaca. Ia penggagas program Indonesia Mengajar dan pegiat literasi. Fotonya saat membaca buku di MRT beberapa waktu lalu juga banyak dibicarakan.
Lantas apa? Sejumlah ahli tafsir politik di media sosial menyebut foto Anies merupakan semacam simbolisme. Buku yang dipegang (dan dibaca) Anies berjudul ‘How Democracies Die’, dan para penafsir menyebutnya sebagai simbolisme keberpihakan Anies kepada kelompok-kelompok yang ingin menyingkirkan demokrasi dari Indonesia.
Simbolisme lain, Anies hendak menyindir pemerintahan Jokowi yang belakangan memang menunjukkan sikap lebih keras terhadap kelompok-kelompok yang dekat dengan dia, termasuk FPI.
Buku ‘How Democracies Die’ berisi paparan tentang matinya demokrasi di tangan pemimpin otoriter. Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt mengedepankan keterpilihan dan pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat sebagai studi kasus.
Apakah Anies hendak menyetarakan Trump dengan Jokowi? Saya tidak tahu. Saya pernah membaca ‘How Democracies Die’, baru sampai bab dua, dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya dan buku itu sekarang terselip entah di mana. Saya malas. Saya lebih suka membaca Enny Arrow.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/anies-membaca.jpg)