Ngopi Sore

Prabowo ke Istana Jadi Menteri

Transisi pergeseran oposisi menjadi bagian dari pemerintah pada dasarnya sudah jadi rahasia umum lantaran tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai mengadakan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Indonesia sah  dipimpin kembali oleh Jokowi dan setelah pelantikannya kemarin, hal yang sekarang paling ditunggu adalah siapa bakal mengisi komposisi menteri kabinetnya. Siapa saja yang menanti?

Pertama tentu saja orang-orang yang merasa memiliki potensi dan karenanya berpeluang jadi kandidat. Mereka bisa saja datang dari kalangan profesional, semi profesional, birokrat, atau kader-kader elite partai politik. Telepon selular diaktifkan 24 jam dan diletakkan tak jauh. Siapa tahu, ada telepon dari istana.

Kedua, partai-partai politik yang mengusung. Elite-elite partai, para petinggi, berdebar-debar. Walau bukan mereka yang masuk bursa, debar tetap kencang lantaran ada tidaknya kader dalam kabinet bisa menentukan hidup mati partai. Setidaknya menentukan langkah ke depan.

Partai yang memiliki kader dalam kabinet memiliki nilai tawar yang lebih besar ketimbang yang tidak punya. Masih mending kalau mengambil posisi sebagai oposisi sekalian. Lebih jelas arahnya. Lebih jelas pula posisi tawarnya.

Bukankah komposisi kabinet dan siapa-siapa yang duduk di dalamnya sudah digodok dan ditentukan sejak jauh hari? Jadi untuk apa berdebar lagi?

Barangkali benar demikian. Sejak sah dinyatakan sebagai pemenang, Jokowi, Ma'ruf Amin, dan orang-orang di lingkaran politik terdekat mereka, rasa-rasanya mustahil belum membuka percakapan. Mereka pasti sudah menimbang-nimbang. Pada siapa posisi strategis akan diberikan. Pada siapa yang kurang strategis diserahkan. Sekali lagi, sudah dibicarakan.

Namun demikian, dalam politik, tidak pernah ada yang benar-benar pasti sampai pada detik pengesahannya. Nama yang sudah dituliskan sekalipun bisa berubah. Bisa bergeser, bisa hilang sama sekali digantikan nama yang lain.

Ketidakpastian semacam inilah yang melesatkan debar. Apakah nama-nama mereka, atau nama- nama kader mereka, masih ada atau bergeser atau sudah hilang dari daftar. Celakanya, debar- debar ini tidak bisa pula diredakan. Tidak bisa kasak-kusuk mencari kabar sahih. Sebab satu- satunya orang yang bisa memberi jawaban adalah Jokowi.

Pihak ketiga yang menanti tentu saja pendukung. Baik pendukung Jokowi (dan Ma'ruf Amin) maupun pendukung Prabowo Subiyanto (dan Sandiaga Uno).

Berbeda dari dua kelompok tadi, debar kelompok ini tak berhubungan dengan posisi, melainkan ekspektasi. Mereka menanti apakah menteri-menteri yang terpilih nantinya sesuai dengan ekspektasi mereka atau tidak. Sekiranya pun tidak sesuai, sejauh apa pemelencengannya.

Terkait inilah, kehebohan pecah, tatkala Senin sore, 21 Oktober 2019, Prabowo datang ke Istana Negara. Ihwal kehebohan, Prabowo datang mengenakan kemeja berwarna putih. Bukankah Prabowo juga biasa mengenakan kemeja putih?

Benar, tetapi biasanya Prabowo mengenakan kemeja bergaya safari atau semi safari. Kemeja berbahan kain agak tebal, dengan kantong-kantong besar di kiri dan kanan bagian dada dan perut. Agak jarang dia memakai kemeja biasa.

Di lain sisi, kemeja putih --dipadu celana kain berwarna hitam-- menjadi semacam dress code bagi figur-figur yang dipanggil Jokowi sebagai calon menteri. Sejak Senin pagi sejumlah figur sudah berdatangan. Di antaranya Mahfud MD, Nadiem Makarim, Erick Thohir, Wishnutama Kusubandio, Pratikno dan Erlangga Hartarto. Dua nama terakhir merupakan menteri pada kabinet periode pertama. Semuanya mengenakan setelan kemeja putih dan celana hitam.

Prabowo Subianto didampingi Edhy Prabowo saat tiba di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2019)
Prabowo Subianto didampingi Edhy Prabowo saat tiba di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2019) (tribunnews)

Prabowo juga demikian. Apakah ia datang untuk menjalani wawancara sebagai salah satu kandidat menteri? Atau sekadar untuk "mengawal" kader-kadernya yang bakal masuk kabinet? Dua pertanyaan ini belum terjawab terang benderang.

Prabowo berada dalam istana tak lama. Kurang dari satu jam, dan saat memberi keterangan pers, ia menyebut diminta presiden untuk membantu bidang pertahanan. Namun Prabowo, tidak seperti kandidat-kandidat sebelumnya, tak menyebut secara konkret apakah dia bersedia atau tidak memenuhi permintaan tersebut --walau pun secara tersirat bisa disimpulkan demikian. Prabowo bilang agar semua pihak bersabar menanti pengumuman presiden.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved