Ngopi Sore
Catenaccio Sudah Kuno, Pak Jokowi! Sekarang Era Gegenpressing
Persoalannya, Pak Jokowi, Anda sepertinya tidak sadar situasi sudah tidak sama lagi. Anda masih saja mengandalkan catenaccio kuno made in 1938.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Satu sinyal yang bagus. Namun tidak berefek positif lantaran pola yang Anda gunakan tetap sama, Pak. Tetap catenaccio. Tetap bertahan lantas berupaya menggeber serangan balik. Dan lawan-lawan politik Anda sudah mengerti betul strategi ini. Bertahun menghadapi pola serupa, mereka sudah bisa menebak ke mana arah langkah Anda dan menyiapkan antisipasi. Maka tidaklah mengherankan jika serangan balik Anda sekarang mentah. Alih-alih berada di atas angin, Anda justru kembali diserang bertubi-tubi, terjajar dan terpojok. Unjuk rasa terjadi di mana-mana. Sementara aktor-aktor elite, mengintip dari kejauhan, menunggu kesempatan untuk ikut menerkam.
Gol ke gawang Anda tinggal menunggu waktu, Pak. Apakah Anda belum sadar juga? Sekarang orang-orang di lingkaran inti keluarga Anda mulai main politik pula. Anak Anda, menantu Anda, menunjukkan gelagat mengincar jabatan. Lenyaplah sudah simpati itu. Saya ingat, bertahun lalu Adian Napitupulu pernah membangga-banggakan sterilitas keluarga Anda dari politik. Tak salah, sebab waktu itu, pejabat yang bersikap seperti Anda memang tidak banyak. Anda menjauhkan anak-anak Anda, keluarga Anda, dari politik. Menjauhkan dari bisnis yang memungkinkan terjadinya kongkalikong dengan pemerintah.
Sekarang sterilitas ini mulai rusak. Reaksi Anda? Sejauh ini belum ada yang benar-benar terang; apakah mendukung penuh atau melarang. Apa yang Anda tunggu? Kembali diserang bertubi-tubi lalu masih berharap bisa melancarkan balasan?
Saran saya, Pak, sebaiknya tinggalkanlah catenaccio. Pola ini sudah kuno. Bahkan di Italia sendiri tidak lagi digunakan, tak terkecuali yang versi-versi modifikasi. Anda barangkali memang bukan penyuka sepak bola. Karena itu saya hendak memberi tahu bahwa sepak bola hari-hari belakangan ini adalah sepak bola yang atraktif. Sepak bola yang lebih seimbang antara bertahan dan menyerang.
Ada satu pola bernama gegenpressing. Lahir di Jerman dan dikembangkan oleh seorang bernama Jurgen Klopp. Tidak seperti catenaccio yang lebih banyak menunggu, membiarkan lawan menekan dan baru berupaya merebut bola di sekitar area pertahanan, dalam gegenpressing lawan tak diberi ruang untuk leluasa mengembangkan permainan.
Tekanan sudah dilakukan sejak di area permainan lawan dan bola mesti direbut secepat mungkin. Saat menyerang juga variatif. Bisa dengan menguasai bola berlama-lama; memindahkannya dari kaki ke kaki dalam tempo tinggi, bisa juga lewat hantaman-hantaman kilat.
Namun gegenpressing tak sembarang bisa diterapkan. Gegenpressing baru bisa berjalan mulus apabila seluruh pemain memiliki teknik mumpuni yang satu dengan lainnya kurang lebih setara, stamina prima untuk berlari dan bergerak tanpa henti, dan terpenting, punya kesadaran yang sama untuk secara bersama-sama menepikan keegoisan dan melebur dalam satu kesatuan permainan.
Tentu saja diperlukan juga dukungan penuh suporter. Gegenpressing tidak akan merasuk sedemikian dahsyat di Liverpool apabila suporter-suporternya hanya menyanyikan 'You Never Walk Alone' di saat mereka menang tapi mendadak bisu ketika kalah.
Pak Jokowi, saya harap Anda dapat memahami tamsil ini.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/jokowi-2.jpg)