Breaking News

Ngopi Sore

Perihal Khabib, Jilbab Judo, dan Gorengan-gorengan yang Renyah Itu

Dari UFC ke arena judo, kemenangan dan kegagalan bertanding sama-sama dikaitpautkan dengan agama.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO-ANTARA
FOTO kolase Khabib Nurmagomedov (kiri) dan Miftahul Jannah 

Atas prinsip ini pula, Federasi Judo mengeluarkan aturan-aturan yang juga berbeda, termasuk perlengkapan pertandingan. Pakaian pejudo disebut Judogi, terdiri atas tiga unsur, yakni Umagi (baju), Shitabaki (celana), dan Obi (sabuk). Bahan dasarnya lebih kuat dan tebal agar tidak mudah sobek saat ditarik. Pemakaian jilbab dikhawatirkan dapat menyebabkan cedera pada bagian leher judoka.

Bagaimana bisa? Kemenangan pada pertandingan judo diperoleh berdasarkan kalkulasi Ippon (satu angka penuh) dan Waza Ari (setengah angka), lewat penilaian Nage Waza (bantingan) dan Katame Waza (kuncian). Secara teoritis, saat hendak melakukan bantingan dan kuncian, judoka mesti menarik lawan terlebih dahulu. Judoka mencengkeram baju lawan, pada bagian antara leher dan bahu, serta (tangan yang lain) pada pinggang, lantas menyentakkannya.

Sentakan inilah, jika judoka mengenakan jilbab, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan leher tertarik. Bisa terkilir bisa juga menimbulkan luka. Lebih berbahaya lagi dalam posisi kuncian, terutama ketika judoka berada di bawah. Kontrol pada kuncian tidak dapat lagi dilakukan dan lawan bisa terancam tercekik. Semua kemungkinan terburuk ini, persentase peluangnya untuk terjadi berlipat lantaran Miftahul Jannah dan lawannya sama-sama tuna netra.

Persoalannya, sebagaimana Khabib Nurmagomedov, goreng-gorengan isu di media sosial menyangkut Miftahul Jannah sudah terlanjur melebar ke mana-mana. Dari agama ke kontestasi pemilu presiden. Padahal seyogianya tidak perlu melipir ke sana. Jalan tengah, toh, bisa diambil. Masih bisa dikompromikan.

Jannah, misalnya, bisa tetap bertanding dengan mengenakan penutup kepala modifikasi yang mirip dengan jilbab. Bukan jilbab yang menutupi leher. Atlet-atlet dari negara Timur Tengah banyak yang memakainya. Pun apabila tetap tidak berkenan, dia bisa menjajaki olahraga lain yang tidak memasukkan jilbab dalam bab-bab larangan pada aturan mainnya.

Jadi selanjutnya bagaimana? Ya, tidak bagaimana-bagaimana. Tak ada yang bisa dilakukan. Terima saja, sampai 2019 nanti akan terus seperti ini. Bahkan mungkin berlanjut sekiranya Jokowi menang lagi.(t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved