Ngopi Sore

Aung San Suu Kyi, Anda Teroris!

Di era Aung San Suu Kyi kebencian tetap saja merebak dan pembantaian demi pembantaian terus terjadi. Bahkan dengan cara-cara yang makin keji.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/STR
PENGUNGSI Rohingya mengantre makanan di kamp pengunsian Ukhiya yang terletak tak jauh dari perbatasam Bangladesh-Myanmar, 30 Agustus 2017. Sebanyak kurang lebih 18.500 orang etnis Rohingya telah keluar dari Rakhine, Myanmar, menuju perbatasan Bangladesh, untuk mendapatkan perlindungan, namun sejauh ini mereka masih tertahan di seputaran perbatasan karena belum mendapatkan izin masuk ke Bangladesh. 

Tahun 2012, pembantaian massal terjadi setelah seorang perempuan diperkosa oleh sejumlah laki-laki Rohingya. Pemerintah yang semestinya meredam, justru ikut menambah kerunyaman. Pemerintah terkesan membiarkan sipil ikut bertindak. Celakanya, dan ini yang membuat konflik meruncing, sipil yang bertindak itu, baik lewat teror psikologis maupun fisik, adalah kaum agamawan buddha, sehingga kesan yang mencuat ke permukaan, konflik ini merupakan konflik antara pemeluk Buddha dan kaum muslim.

AUNG San Suu Kyi
AUNG San Suu Kyi (JOURNAL OF POLITICAL INQUIRY)

Di tengah riuh kekacauan konflik, Aung San Suu Kyi memilih bungkam. Tidak ada imbauan. Tidak ada larangan. Tidak ada orasinya yang berapi-api. Dia bukan cuma diam. Dalam wawancara dengan Channel News Asia, tahun 2015, Suu Kyi bilang bahwa apa yang terjadi pada orang-orang Rohingya tidak seburuk yang dikabarkan dunia.

"Saya tidak bilang bahwa tidak ada masalah di sana. Ada masalah dan kami akan menyelesaikannya. Kami lebih memilih fokus menyelesaikan masalah daripada ikut membesar- besarkan masalah yang sebenarnya tidak demikian."

Juni 2017, Myanmar menolak mengeluarkan visa bagi tim dari PBB yang hendak melakukan investigasi terhadap dugaan terjadinya genosida terhadap orang-orang etnis Rohingya. Tak ada suara Suu Kyi. Sekarang, saat puluhan ribu orang Rohingya lari mengungsi, saat ratusan di antaranya tewas, dia juga tetap diam. Tak ada seruannya. Tak ada imbauan atau larangannya. Terlebih-lebih oransinya yang berapi-api.

Ataukah, jangan-jangan, dia masih tetap berpikir bahwa Rohingya sekadar masalah yang dibesar-besarkan? Jika demikian, saya kira, nobel Nyonya Suu Kyi bukan saja sangat pantas ditarik. Lebih dari itu dia juga pantas disebut teroris.(t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved