Ngopi Sore

Jabat Tangan Ahok dan Raja Salman dan Peristiwa Tidak Penting Lainnya

Raja Salman berjabat tangan dengan Ahok dan momentum ini dalam waktu singkat melesat-lesat di media sosial.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/INDONESIAN PRESIDENTIAL PALACE/AGUS SUPARTO
RAJA Salman dari Arab Saudi menjabat tangan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), disaksikan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri), sesaat setelah tiba di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (1/3). 

RAJA Salman tiba di Indonesia dan percakapan paling riuh yang mengiringi peristiwa ini adalah hal yang sama sekali tak penting. Tepatnya, hal yang pada dasarnya memang benar-benar tidak penting namun seolah-olah menjadi penting lantaran dikedepankan dan dipercakapkan sangat intens.

Raja Salman mendarat di Halim Perdanakusuma, turun dengan tangga yang didatangkan dari negaranya, lalu disambut oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah pejabat negara lainnya.

Di antara pejabat-pejabat itu terdapat Basuki Tjahaja Purnama atawa Ahok, Gubernur Jakarta. Raja Salman berjabat tangan dengan Ahok dan momentum ini dalam waktu singkat melesat-lesat di media sosial.

Arah keriuhan tentu saja sudah dapat ditebak. Jabat tangan ini dikaitpautkan dengan Habib Rizieq Shihab, Imam Besar FPI. Kemarin, saat hadir sebagai saksi di persidangan Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama, Rizieq menolak berjabat tangan dengan Ahok. Dia menjabat tangan hakim dan jaksa, namun melewatkan Ahok dan para pengacaranya. Rizieq langsung duduk di kursi saksi.

Pun setelah sidang berakhir. Rizieq kembali menjabat tangan hakim dan jaksa dan tetap melewatkan Ahok dan para pengacaranya.

Tidak ada penjelasan yang terperinci dari Rizieq atas sikap ini. Dia hanya bilang, bahwa antara dirinya dengan Ahok tak ada persoalan pribadi. Dia datang ke pengadilan sebagai saksi untuk kepentingan umat Islam yang telah ternistakan oleh perbuatan Ahok yang sembarangan mengutip dan memaknai Surah Al Maidah Ayat 51.

Keriuhan melesat-lesat setelah warga media sosial, terutama Facebook dan Twitter, meletakkan dua peristiwa berbeda ini dalam posisi bersisian, lantas membandingkannya satu sama lain. Habib Rizieq yang menolak menjabat tangan Ahok dan Raja Salman yang menjabat tangan Ahok.

Ada kelompok lain, yang dengan kepercayaan diri luar biasa, menyebut bahwa foto yang beredar adalah palsu. Raja Salman tidak berjabat tangan dengan Ahok. Adapun foto yang beredar merupakan rekayasa dari para pendukung Ahok untuk menaikkan kembali popularitas dan elektabilitasnya.

Sampai di sini mau tak mau saya memang merasa harus tertawa. Kita, kok, ya, gemar sekali buang-buang tenaga dan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara yang tidak penting. Perkara-perkara yang bukan saja tidak berguna, melainkan juga potensial meningkatkan kadar kebodohan.

Habib Rizieq menolak menjabat tangan Ahok adalah hak yang bersangkutan sepenuhnya. Tidak ada aturan dalam persidangan yang mengharuskan seorang saksi menjabat tangan terdakwa, pengacara terdakwa, atau bahkan jaksa dan hakim sekalipun. Ini sekadar semacam kebiasaan yang sudah jadi lazim, barangkali juga etika, yang tidak wajib hukumnya.

Pula demikian Raja Salman. Adalah hak tuan raja untuk menjabat tangan Ahok. Terlepas apakah dia tahu atau tidak tahu perihal kasus hukum yang sedang menjerat Ahok. Dan dia menjabat tangan Ahok dalam posisi yang bersangkutan sebagai Gubernur Jakarta, Ibu Kota Indonesia, di mana dia menetap sampai dua hari ke depan.

Peristiwa tidak penting lainnya yang jadi perbincangan ramai adalah turunnya hujan deras usai upacara penyambutan di Istana Bogor. Presiden Jokowi dan Raja Salman segera menepi. Payung-payung mengembang untuk melindungi kedua kepala negara dari hujan. Dan satu foto melesat ke ruang-ruang media sosial dan segera pula mencuatkan kehebohan.

Foto tersebut menunjukkan Raja Salman dipayungi sejumlah pengawal dan Presiden Jokowi yang memayungi dirinya sendiri, seraya menuntun Raja Salman. Jokowi memegang tangkai payung dengan tangan kiri, dan tangan kanannya memegang lengan Raja Salman yang sudah berusia 81.

RAJA Salman dan Presiden Joko Widodo berpayung saat menuju ke ruang pertemuan di Istana Bogor, Rabu (1/3).
RAJA Salman dan Presiden Joko Widodo berpayung saat menuju ke ruang pertemuan di Istana Bogor, Rabu (1/3). (AFP PHOTO/POOL/ACHMAD IBRAHIM)

Komentar demi komentar pun meluncur deras. Banyak yang bersimpati dan mengapungkan pujian. Namun tetap ada yang konsisten menghujat. Kelompok yang terakhir, seperti yang sudah berlangsung sejak 2017, secara mencengangkan mampu menemukan celah-celah yang tak terjangkau pikiran awam dan menjadikannya sebagai peluru untuk menyerang dengan penuh kebencian.

Serbuan mereka, tentu saja, mendapat adangan dari para pecinta Jokowi garis keras. Dan terjadilah gontok-gontokan yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali menguatkan debar di dada dan menambah denyut di kepala.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved