Ngopi Sore
Banjir di Jakarta Antara Takdir dan Pilkada
Dalam politik, kegilaan paling gila sekalipun bisa dianggap wajar belaka. Jangankan banjir. Politik bahkan dapat dengan enteng menertawakan kematian.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
BANJIR - Warga berjalan melewati banjir yang menggenangi kawasan Tanjung Duren, Jakarta, Selasa (21/2/2017). Banjir setinggi kurang lebih 75 cm itu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di wilayah DKI Jakarta.
Lantas, di tengah segenap kengerian Jakarta yang masih pula ditambah dengan silang-sengkarut pilkada dan segala macam kepentingan yang mengiringinya dan membuat mereka terbelah oleh garis yang kini makin tegas dan terang-benderang, apakah yang harus dilakukan warga Jakarta?
Barangkali mengadu kepada Tuhan, seperti dilakukan WS Rendra dalam puisi yang ditulisnya empat puluh tahun lalu, Doa di Jakarta.
Ya, Tuhan yang Maha Hakim,
harapan kosong, optimisme hampa.
Hanya akal sehat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata.
(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/banjir-di-jakarta2_20170221_181121.jpg)