Ngopi Sore

Telolet Uang Baru, Telolet Teroris

Bukan cuma kebahagiaan. Jika Anda ingin mencari keruwetan, datanglah juga ke Indonesia.Di sini segala keruwetan bisa Anda temukan dengan gampang.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
KOMPAS.COM/ SYAHRUL MUNIR
TELOLET - Anak-anak di Ungaran, Kabupaten Semarang tengah menunggu bus malam yang lewat di Jl Diponegoro Ungaran, Kabupaten Semarang, beberapa waktu lalu. Mereka menantikan bus yang membunyikan klakson telolet untuk direkam dan diunggah ke media sosial. 

Namun foto-foto dari masa kolonial yang merupakan dokumentasi fotografer kantor berita Pemerintah Kerajaan Belanda dan disimpan di KITLV, merekam tampilan yang berbeda. Sampai sejauh ini, dalam koleksi foto yang dibuat dalam rentang waktu 1873-1939, foto Cut Nyak Meutia belum ditemukan. Jika pun ada beredar dan diduga sebagai Cut Meutia, dianggap masih meragukan kesahihannya.

Namun ada foto-foto Cut Nyak Dhien dan Pocut Baren, dan keduanya memang tidak berjilbab apalagi berhijab. Mereka bahkan tidak benar-benar berkerudung. Yang mereka jadikan kerudung adalah kain tradisional Aceh, dan selendang.

Dalam buku Atjeh yang terbit pada 1938, seorang jurnalis Belanda, H.C. Zentgraaff, mendeskripsikan Cut Meutia (ditulis Tjoet Njak Meoetia) sebagai perempuan cantik yang kerap memakai celana, pakaian tertutup yang dikaitkan perhiasan emas di dada, serta mahkota "ulee cemara" di rambutnya yang hitam pekat.

Apakah penggambar untuk desain baru rupiah lebih memilih mengikuti foto dokumentasi Belanda dan deskripsi H.C. Zentgraaff ketimbang lukisan yang digantung di rumah Cut Meutia, tentu dia (dan pihak Bank Indonesia) yang bisa memberi jawaban.

Namun sepanjang saya ingat, memang, keriuhan seperti ini tidak terjadi saat Cut Nyak Dhien ditampilkan di pecahan 10.000, delapan belas tahun lalu.

Adapun keruwetan ketiga dan keempat tidak perlu dibahas terlalu jauh karena memang sungguh konyol. Soal kemiripan, ya, dibanding-bandingkan dari sudut mana pun tidak akan sama. Renminbi hanya memajang satu figur, yakni Bapak Bangsa China, Mao Zedong. Tidak ada gambar lain di sana. Dari pecahan 1 Yuan sampai 100 Yuan, hanya Mao Zedong. Peletakan gambar Mao dan jumlah pecahan juga berbeda dengan peletakan gambar dan pecahan di rupiah.

Perihal tempat uang baru ini dicetak lebih menggelikan. Lagi-lagi, hanya berdasarkan meme dan berita penuh dugaan dari situs sensasional, kesimpulan bahwa pemerintahan Jokowi sudah jatuh ke bawah telapak kaki China merebak. Padahal untuk memeriksa kebenaran kabar ini mudah sekali. Namun meski pihak Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) telah memberikan klarifikasi, ternyata, dugaan yang telah melahirkan kesimpulan tersebut tetap saja dipercaya dan bahkan disebarluaskan pula.

teroris1
ANGGOTA Brimob Polda Metro Jaya menjaga tempat kejadian perkara (TKP) penggerebekan dan penembakan terduga teroris di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/12/2016)

Tapi di Indonesia ada satu keruwetan yang sungguh belum tertandingi kadar keruwetannya. Yaitu terorisme. Bukankah terorisme dan teroris memang menjadi perhatian serius negara-negara di seluruh dunia?

Benar sekali. Persoalannya, di Indonesia, terorisme dan teroris, justru lebih kerap ditempatkan pada posisi yang nisbi. Posisi yang seolah-olah antara ada dan tiada. Bahkan tak jarang pula dipercandakan. Meski sudah banyak makan korban, di Indonesia, terorisme dan teroris cuma disebut sebagai pengalihan isu. Entah dari Jokowi entah dari Ahok. Telolet sekali, bukan? (t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved