Delegasi Sumut Sambangi Tiongkok

Mendialogkan Moderasi Beragama di Tiongkok

Adapun tujaun dari kunjungan tersebut adalah dalam rangka melihat kehidupan umat beragama di Tiongkok

Editor: iin sholihin
ISTIMEWA
KUNJUNGAN - Delegasi akademisi, tokoh agama dan media Sumut saat berkunjung ke Xinjiang Islamic Institute di Kota Urumqi, Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat Tiongkok, Senin (02/06/2025) 

Namun suka tidak suka, agama di bawa, dikomodifikasi, diseret untuk masuk sehingga yang tanpil ke permukaan -oleh oknomo tertentu- wajah-wajah agama yang tidak ramah. 

Pendek kata, dampak kekerasan abik karena perilaku agama ataupun atas nama agama, merugikan semua pihak, apakah negara terlebih lagi Masyarakat yang dilanda konflik.

​Indonesia belajar dari kasus-kasus intoleransi, kekerasan atas nama agama dan bentuk diskriminasi lainnya, untuk selanjutnya bertekad untuk tidak akan kembali ke peristiwa kelam itu.

Sebagai bangsa yang plural, tidak ada pilihan bagi bangsa Indonesia kecuali mengembangkan sikap-sikap keberagamaan yang tolerasn, rukun, saling memahami dan menghormati dan mengedepankan kepentingan Bersama sebagai anak bangsa. Kesadaran pluralitas itulah Kementerian Agama dan seluruh jajarannya merasa sangat perlu untuk mengembangkan sikap beragama yang moderat.

Bahkan hari ini, moderasi beragama tersebut akan terus dikembangkan dan diberi sentuhan baru ke dunia Pendidikan yang kemudian disebut dengan kurikulum cinta.

Kehidupan keberagamaan yang akan dikembangkan di Indonesia pada masa mendatang adalah cinta kepada Tuhan, cinta kepada orangtua, cinta kepada sesama, cinta kepada tanah air dan cinta kepada alam atau lingkungan.

Cinta akan menjadi titik pertemuan anak bangsa untuk menjaga negaranya dan memajukannya untuk mewujudkan kesejahteraan.

​Dalam konteks moderasi beragama di Tiongkok, kendatipun kata ini tidak menjadi kosa kata, sebenarnya apa yang dilakukan Tiongkok dalam dua sampai tiga decade belakangan ini juga cukup menggembirakan.

Informasi yang diterima dari tokoh-tokoh agama dan pemerintah lewat diskusi yang berkembang baik di Zingzho ataupun di Xinjiang menunjukkan kehidupan keberagamaan yang signifikan, yang kerap mereka sebut, kehidupan keberagamaan yang penuh toleransi dan damai di antara sesama warga bangsa.

Bahkan yang menarik dari perjalanan di Tiongkok, mereka para penganut umat beragama terutama yang muslim, sangat menyadari bahwa keberagamaan dan kebangsaan berada dalam satu tarikan nafas.

Seolah-olah mereka ingin mengatakan, menjadi warga negara yang taat dan patuh itu menyatu dengan komitmen menjadi umat beragama yang taat. Sebagai pemeluk agama dan warga bangsa tidak dapat dipisahkan.

​Tidak kalah menariknya, pemerintah Tiongkok sangat menyadari bangsa yang ingin melesat menjadi bangsa yang  termaju di dunia, maka kebersatupaduan dengan rakyat menjadi mutlak.

Sampai di sini, pemerintah Tiongkok hadir untuk memfasilitasi pemeluk agama apapun yang hidup di Tiongkok, apakah Islam, Kristen, Buddha, Katolik, dan lainnya.

Mereka memfasilitasi pemeluk agama untuk mendirikan rumah ibadah, menyediakan tempat pemakaman, fasilitas Pendidikan keagamaan dan lainnya. Semuanya dilakukan untuk menegaskan bahwa pemerintah hadir di tengah-tengah rakyatnya untuk memastikan kenyamanan, keamanaan, kesejahteraan dan tentu saja pengakuan akan keberadaan mereka sebagai warga negara.  

​Sebagaimana Indonesia, Tiongkok juga menyadari bahwa tantangan terbesar yang dihadapi terutama dua dekade lalu adalah masih adanya separatism dan para teroris yang mengganggu kedaulatan dan kedamaian yang selama ini telah terbangun di Tiongkok.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved