UMKM
Angkat Citra Jajanan Tradisional, Kuwei Gunting Indonesia Modernkan Kue Gunting khas Tionghoa
Sebuah panganan tradisional asal Tionghoa yang kerap dijumpai di pasar-pasar tradisional kini menjelma menjadi produk kekinian.
Penulis: Risya Fakhrana Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com - Di tengah arus modernisasi kuliner, sebuah panganan tradisional asal Tionghoa yang kerap dijumpai di pasar-pasar tradisional kini menjelma menjadi produk kekinian yang tampil menarik tanpa meninggalkan cita rasa aslinya.
Adalah Kuwei Gunting Indonesia, pelopor kue gunting modern yang sukses mengemas jajanan legendaris ini menjadi lebih higienis, menarik, dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Kue gunting, atau dalam dialek Hokkien disebut kua cin thien, merupakan makanan ringan khas Tionghoa yang berbahan dasar tepung, telur, dan gula. Biasanya digoreng dan dipotong menggunakan gunting, jajanan ini memiliki rasa manis gurih dan tekstur renyah di luar, lembut di dalam.
Meski dikenal sebagai jajanan lawas, eksistensinya tak pernah benar-benar hilang dari pasar tradisional.
Salah satu penjaja kue gunting yang melegenda di Medan adalah Akiong (66 tahun), seorang penjual kue gunting keliling yang setia berjualan sejak tahun 1985. Ia mengaku telah mengenal dunia berdagang sejak masih anak-anak.
“Saya berjualan kue gunting ini sejak tahun 1985. Sejak kecil saya berjualan sambil sekolah untuk mencukupi kehidupan,” ujar Akiong saat ditemui di Pasar Besi, Sukaramai, Kota Medan.
Akiong awalnya hanya menjual kue buatan orang lain, namun kini ia meracik sendiri berbagai varian kue gunting bersama istrinya di rumah.
Meski varian kuwei buatannya kini banyak jenisnya, dari yang digoreng hingga dikukus, semuanya tetap laris manis setiap hari. Akiong berjualan dari pukul 7 pagi hingga 10 pagi di pasar, lalu melanjutkan berkeliling ke berbagai tempat.
“Tak jarang pula, pelanggan telfon saya untuk datang ke rumahnya,” kata Akiong sembari tersenyum.
Ia tetap mempertahankan metode berjualan secara tradisional dengan gerobak dorong, karena menurutnya itu adalah bagian dari identitas kue gunting.
“Saya tetap berjualan tradisional seperti ini agar tetap mempertahankan cita rasanya yang asli. Lagi pula yang orang tau, kue gunting seperti ini ya jualannya gerobagkan. Meskipun usia saya sudah 66 tahun, selagi bisa saya kerjakan akan saya kerjakan,” ujarnya penuh semangat.
Namun di tengah gaya lama yang bertahan, ada generasi muda yang mencoba mengangkat kue gunting ke level yang lebih modern. Wilson (25 tahun), anak dari Akiong, melihat adanya peluang sekaligus tantangan besar dalam mempertahankan jajanan tradisional ini agar tetap relevan di kalangan muda.
“Saya melihat, orang tua saya berjualan keliling seperti pedagang lainnya. Dan kebanyakan, pedagang kue gunting adalah orang-orang yang sudah berumur. Saya khawatir, tidak ada penerus usaha kue gunting ini karena terkesan tradisional,” ungkap Wilson.
Dari kekhawatiran itulah lahir Kuwei Gunting Indonesia, sebuah brand kue gunting modern yang sudah membuka beberapa cabang di Medan, seperti di Jalan S. Parman dan Komplek Citraland Gama City.
“Kamilah pelopor pertama kue gunting modern yang ada stand-nya dan buka di beberapa cabang,” tegas Wilson.
| Es Bubur Kesu, Lahir dari Ketan Hitam dan Kini Jadi Kuliner yang Viral di Kota Medan |
|
|---|
| Miesop Blitar Warisan Hadirkan Perpaduan Rasa Kaki Lima dalam Gaya Restoran |
|
|---|
| Berawal dari Nastar, Silmarils Bakery Sukses Bertransformasi Menjadi Bake Shop dengan 80 Varian Menu |
|
|---|
| Mama Watt’s, Bisnis Patiseri yang Lahir dari Krisis Moneter 1998 |
|
|---|
| Jadikan Budapest Cake Menu Andalan, Owner Dapoer Lili: Cake Ini Cocok untuk Orang yang Sedang Sakit |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Owner-Kuwei-Gunting-Indonesia-Wilson-25-tengah-berada-di-salah-satu-gerai.jpg)