Puasa di Negeri Orang
Tahun Pertama Puasa di Amsterdam, Hani Rindu Salat Tarawih dan Buat Sop Buah Bareng Ibu
Bagi Hani, sebagai seorang muslim yang tinggal di tengah-tengah etnis minoritas, momen ini berbeda dengan saat ia masih tinggal bersama keluarganya.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Menjalankan ibadah puasa pertama di negara yang terkenal dengan Kincir Anginnya ini, membuat Rechtin Hani Ritonga merasakan hal yang cukup berbeda.
Bagi Hani, sebagai seorang muslim yang tinggal di tengah-tengah etnis minoritas, momen ini berbeda dengan saat ia masih tinggal bersama keluarganya di Kota Medan.
Diceritakan Wanita Kelahiran 1998 ini, kali pertama ia tinggal di Amsterdam-Noord. Ada rasa sepi saat menjalankan ibadah puasa di sana.
"Suasana pertama ramadan di Amsterdam sebenarnya cukup ramai dan banyak yang menjadwalkan buka bersama dan lain-lain. Hanya saja mungkin kali pertama jadi ngerasa agak sepi.
Kalau di Medan Buka puasa sama sahur itu pasti bareng keluarga. Karena di sini buka dan sahur sendiri jadi terasa sepi saja,"jelas mahasiswa LPDP University of Amsterdam, Selasa (11/2/2025).
Menurutnya di daerah tempat tinggalnya minoritas muslim. Sehingga tidak ada perayaan atau sambutan Ramadan yang cukup meriah di sini.
"Kalau suasana Ramadan di Indonesia kaya spanduk ramadan, tempat berburu takjil itu enggak ada. Pokoknya biasa aja semua berjalan seperti biasa," jelasnya.
Hanya saja, kata Hani banyak warga muslim yang tinggal di Amsterdam yang berburu bahan makanan di minimarket Turki.
"Cuman baru terasa Ramadan saat saya beli bahan makanan di Toko Turki. Di sana rame masyarakat muslim yang belanja bahan makanan," terangnya.
Menjalankan ibadah puasa di Musim Spring (pergantian musim dari Musim Salju ke Semi), membuat hani Rindu akan salat tarawih dan minum sop buah buatan ibu.
"Rindu taraweh, karena taraweh biasa sama mamaku dan biasanya setiap hari selalu mamaku buat sop buah. Jadi mengobati rindunya hari pertama puasa aku buat sop buah padahal sebelumnya aku gak pernah buat ini," jelasnya.
Memasuki musim Spring Puasa di Amsterdam cukup lama yakni 14 Jam. Saat ini, kata Hani ia sedikit merasa kesulitan pada saat sahur.
"Sahur ya karena di sini betul-betul mengandalkan alarm aja. Dan masuk musim spring banyak masyarakat yang berjemur di sini sambil bawa makanan duduk di taman-taman," ucapnya.
Meski banyak kesulitan, untungnya kata Hani, Kampusnya cukup menghargai masyarakat muslim.
"Alhamdulillah kampus ku toleransinya cukup tinggi. Karena di kampus kami itu banyak komunitas muslim. Jadi bacak organisasi muslim yang mengadakan buka puasa bersama, pengajian dan lain-lain," jelasnya.
| 2 Tahun Jalani Puasa di Negeri Sakura, Shobron Mengaku Hampa, Tak Merasakan Vibes Ramadan |
|
|---|
| Jadi Minoritas dan Jalani Ibadah Puasa Penuh Tantangan, Dona Rindu Tanah Air |
|
|---|
| 8 Tahun di Malaysia, Dewi Sonita Rindu Rasakan Puasa di Kampung Halaman |
|
|---|
| Cerita Puti Novianti, Pekerja Asal Medan di Jepang, Rindu Suara Azan Saat Ramadan |
|
|---|
| Jalani Puasa Ramadan Pertama di Australia, Fadhila Rindu Kampung Halaman |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/PUASA-DI-NEGERI-ORANG-Rechtin-Hani-Ritonga.jpg)