Puasa di Negeri Orang

Jalani Puasa Ramadan Pertama di Australia, Fadhila Rindu Kampung Halaman

Bagi Fadhila, sebagai seorang Muslim yang tinggal di tengah-tengah etnis minoritas, momen ini berbeda dengan saat ia masih tinggal bersama keluarganya

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Ayu Prasandi
HO
Menjalankan ibadah puasa di Canberra, Australia, Fadhila merasakan rindu dengan kampung halamannya di Surabaya.      

TRIBUN-MEDAN.com - Menjalankan ibadah puasa di Canberra, Australia, Fadhila merasakan hal yang berbeda dengan di kampung halamannya di Surabaya.

Bagi Fadhila, sebagai seorang Muslim yang tinggal di tengah-tengah etnis minoritas, momen ini berbeda dengan saat ia masih tinggal bersama keluarganya di Surabaya.

"Jadi tidak ada suasana menunjukan jika saat ini sedang bulan ramadan, seperti di Indonesia akan selalu ada yang membangunkan waktu sahur, selalu ada adzan dan kegiatan berburu takjil menjelang sore hari sedangkan di sini tidak ada sama sekali," ujar Fadhila.

Wanita bernama lengkap Fadhila Inas Pratiwi ini tengah menempuh studi S3-nya di University of New South Wales (UNSW), Canberra Campus, Australia. 

Fadhila bercerita saat ini dia tengah menempuh Studi Doktoral, dia juga merupakan penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Meski baru pertama kali menjalankan puasa di negeri orang, Fadhila tetap merasa rindu dengan suasana puasa di Indonesia.

"Sangat rindu, yang biasanya buka bersama (bukber) bareng sama keluarga ( orang tua dan saudara ) sekarang hanya bareng suami dan anak, sesekali sama teman-teman seperjuangan Indonesia yang ada di Canberra ngadain bukber bareng," tambahnya.

Dengan bersama, keluarga kecil dan teman-teman dari Indonesia Fadhila tetap bisa merasakan nuansa bulan Ramadan yang juga identik dengan kebersamaan.

Fadhila juga bercerita, bahwa di Canberra saat ini sedang musim gugur. Di mana cuaca tidak terlalu panas meskipun mataharinya terik tetapi suhu tetap dingin dan sejuk.

Waktu subuh di Canberra sekitar pukul 05.45 pagi, sementara waktu berbuka sekitar pukul 19.07 malam.

" Puasa di sini lebih cepat dari di Indonesia sekitar 11,29 jam, saat ini jam berbuka jam 19.07, subuh jam 05.45," tuturnya.

Sebagai orang muslim yang tinggal di Australia, Fadhila bersama suaminya Richo Darma Wijaya mengaku kesulitan untuk mencari makanan halal dan suara adzan untuk buka puasa.

" Kami sering melihat jam ketika waktu sahur dan menjelang berbuka hahahaha.. karena memang tidak ada adzan disini, dan terbatasnya toko yang menjual makanan halal," terangnya.

Meskipun suasana puasa tidak semeriah di Indonesia, namun pemerintah melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) tetap mengadakan kegiatan untuk memeriahkan puasa Ramadan disana.

Ada banyak kegiatan yang mulai dari Kultum, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) buat anak-anak, bukber, berbagi takjil hingga Salat tTarawih.

"Tiap sabtu akhir pekan dari kbri mengadakan kegiatan kultum, TPQ buat anak-anak, bukber serta tarawih, dan ada juga bagi-bagi takjil," jelasnya.

 (cr30/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved