Sosok

Mengenal Sosok Fira Janice Natasha Sinuraya, Kenalkan Budaya Karo di Panggung Internasional

Fira, yang berasal dari Medan, Sumatera Utara, membawa serta kecapi atau gitar khas Karo sebagai bagian dari presentasi budayanya.

|
DOK/FIRA JANICE NATASHA SINURAYA
DELEGASI INDONESIA: Fira Janice Natasha Sinuraya. Fira Janice Natasha Sinuraya, atau yang akrab disapa Caca, baru saja menyelesaikan perjalanan inspiratifnya sebagai delegasi Indonesia dalam program The Ship for Southeast Asian Youth Program (SSEAYP) 2024. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Fira Janice Natasha Sinuraya, atau yang akrab disapa Caca, baru saja menyelesaikan perjalanan inspiratifnya sebagai delegasi Indonesia dalam program The Ship for Southeast Asian Youth Program (SSEAYP) 2024.

Selama 38 hari, Fira tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya budaya Karo, tetapi juga menciptakan dampak positif melalui berbagai inisiatif sosial dan edukatif.

Budaya Karo di Panggung Internasional

Fira, yang berasal dari Medan, Sumatera Utara, membawa serta kecapi atau gitar khas Karo sebagai bagian dari presentasi budayanya.

Tidak hanya itu, ia juga menampilkan Tarian Gundala, tarian tradisional Karo yang biasanya digunakan sebagai ritual pemanggil hujan.

Dengan sentuhan modern, Fira berhasil memukau delegasi dari berbagai negara. Ia tampil dengan mengenakan pakaian adat Karo lengkap dengan uis (tudung khas Karo), memperkenalkan keindahan budaya Indonesia kepada dunia.

“Saya ingin menunjukkan bahwa budaya Indonesia, khususnya Karo, memiliki keunikan dan nilai yang tinggi. Tarian Gundala, misalnya, tidak hanya sekadar tarian, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam,” ujar Fira.

Selain membawa budaya, Fira juga berkontribusi besar dalam hal pendanaan. Ia berhasil mengumpulkan sponsorship dengan nominal hampir Rp 100 juta untuk mendukung keberlangsungan program ini.

Hal ini menunjukkan kemampuan Fira tidak hanya dalam bidang budaya, tetapi juga dalam manajemen dan negosiasi.

Selama program SSEAYP, Fira tidak hanya memperkenalkan budaya Indonesia, tetapi juga belajar dari budaya negara lain.

Program ini melibatkan delegasi dari berbagai negara ASEAN, seperti Jepang, Vietnam, Filipina dan lainnya. Fira dan rekan-rekannya mengikuti berbagai seminar dan workshop, di mana mereka memperkenalkan cara membuat Pappedda (makanan khas Sulawesi Selatan), tempe, motif batik, serta permainan tradisional seperti hadang dan congklak.

“Sangat menarik melihat bagaimana budaya kita memiliki kemiripan dengan budaya negara lain. Misalnya, Tari Soreka Reka dari Indonesia ternyata juga ada di Filipina dan Vietnam,” kata Fira.

Mengembangkan Koneksi dan Kreativitas

Selama di kapal, Fira dan delegasi lainnya tidak memiliki akses internet atau telepon seluler.

Namun, hal ini justru memicu kreativitas mereka. Mereka menciptakan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu, termasuk menggagas program literasi untuk anak-anak SD bernama Gemilang (Gerakan Menulis untuk Indonesia Cemerlang).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved