JEJAK Jembatan dan Terusan Tano Ponggol Samosir, 1.500 Orang Kerja Rodi Gali Tanah, Selesai 3 Hari

Kabupaten Samosir kini memiliki ikon baru, yakni jembatan Tano Ponggol di Kecamatan Pangururan.

Editor: Juang Naibaho
YOUTUBE/SEAN DESIGN
Wajah baru Jembatan Tano Ponggol, yang kini menjadi ikon baru Kabupaten Samosir. Selain jembatan, Terusan Tano Ponggol 

TRIBUN-MEDAN.com - Kabupaten Samosir kini memiliki ikon baru, yakni jembatan Tano Ponggol yang terletak di Kecamatan Pangururan.

Jembatan Tano Ponggol ini merupakan akses darat satu-satunya menuju ke Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba.

Pembangunan Jembatan Tano Ponggol ini untuk mendukung Danau Toba sebagai kawasan pariwisata internasional.

Keberadaan Jembatan Tano Ponggol memiliki riwayat panjang bagi masyarakat Kabupaten Samosir.

Jembatan ini telah berdiri 120 tahun silam. Pembangunannya diprakarsai oleh Kolonial Belanda.

Tujuannya bukan sekadar mempermudah akses transportasi, tapi juga mempersempit pergerakan Raja Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya ketika meletus Perang Batak.

Louis Coperus Welsink atau LC Welisnk yang saat itu menjabat sebagai Residen Tapanuli, memerintahkan pengerukan tanah di Tano Ponggol, untuk membuat terusan.

Sekitar 1.500 orang dipaksa kerja rodi untuk menggali tanah dengan lebar 25 meter dan panjang 1,2 kilometer.

Tercatat pengerjaan selesai dalam 3 hari, yang dimulai pada 17 Maret 1906 dan selesai 20 Maret 1906.

Pembuatan terusan Tano Ponggol berawal saat LC Welsink dan rombongan tiba di Pangururan, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Samosir.

Saat itu, LC Welsink dan pasukannya melakukan pengejaran terhadap Raja Sisingamangaraja XII. Namun, pasukan Belanda gagal menangkap Sisingamangaraja XII dan pengikutnya.

LC Welsink kemudian berniat melanjutkan perjalanan ke Balige. Tetapi, kapal miliknya dan rombongan tidak dapat melintas karena terhalang daratan di Siogungogung yang menyatu dengan kaki Gunung Pusuk Buhit.

Daratan ini disebut sebagai Tanah Genting, dan merupakan satu-satunya tanah persambungan ke daratan Samosir.

Dengan kata lain, Pulau Samosir saat itu bukanlah sebuah pulau yang berada di tengah-tengah Danau Toba. Melainkan semenanjung yang menjorok dari kaki Gunung Pusuk Buhit.  

Residen Tapanuli ini akhirnya memerintahkan penggalian di Tanah Genting untuk membuat terusan yang menghubungkan sisi Barat dan Timur Danau Toba. Dengan begitu, LC Welsink dan rombongan bisa langsung berlayar dari Pangururan menuju Balige.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved